Thursday, November 3, 2016

Surat Wasiat 4 November




Saya mencoba menahan diri untuk tidak menulis tentang polemik surat Al Maidah 51, selain karena saya bukan ahli tafsir, saya juga tahu ada kepentingan lain dibalik polemik ini. Boleh jadi Ahok menyinggung perasaan umat Islam, tapi belum tentu ia bermaksud begitu. Ini persoalan bahasa saja, dan harusnya anak-anak mahasiswa sastra Indonesia bisa mendiskusikan kalimat Ahok itu dalam tinjauan ilmu bahasa.

Saya masih menduga maksud Ahok bukan untuk menista Al Qur’an. Sama ketika Ahok bilang "Kristen itu ajaran konyol" jauh sebelumnya, tapi umat Kristen tidak marah karena mereka tau apa maksud Ahok. Bagaimana mungkin seorang yang mau maju Pilkada cari penyakit dengan menghina kitab suci.

Hukum Gelas-gelas Kopi




Secara tidak sengaja saya membaca Koran media lokal hari ini. Sebelumnya saya jarang membaca Koran lokal, selain harus membeli, lebih mudah bagi saya membaca situs berita online, dan harus saya akui, saya lebih tertarik isu nasional atau internasional. Kenapa? Saya juga tidak tahu, mungkin karena saya tidak terlalu mengerti peta politik lokal. Tak kenal maka tak sayang kata pepatah. Entahlah, bukan itu juga yang ingin saya bahas.

Di halaman 4 koran Radar Sulteng edisi 17 Oktober 2016, ada tulisan sambungan dari halaman utama berjudul “Masyarakat Indonesia Belum Bebas dari Takhayul”. Saat saya buka hamalamn utama ternyata judulnya biasa-biasa saja “Tradisi Hukum dan Kemajuan Suatu Bangsa”. Penulisnya seorang dosen fakultas Hukum Universitas Tadulako. Penulis mengulas bagaimana dampak hukum Inggris yang masih diterapkan di Malaysia dan hukum Belanda yang masih diterapkan di Indonesia. Setelah itu menghubungkan sistem hukum dan kepercayaan Takhayul masyarakat Indonesia yang berperan dalam ketidakmajuan Negara. 

Friday, September 30, 2016

Teori Bumi Datar dan Reaksi Curva Sud



Pertengahan bulan Juli lalu saya bertemu mahasiswi asal Jakarta saat berkunjung ke Yayasan Merah Putih. Namanya Mutiara, ia adalah anak seorang budayawan Mohamad Sobary. Mahasiswi Universitas Indonesia jurusan Filsafat ini membawa setumpuk buku sumbangan untuk Skola Lipu, sekolah alternatif komunitas adat Tau Taa Wana di pedalaman Morowali utara.

Diantara buku-buku itu saya memilih buku komik biografi Plato, Isaac Newton, dan Galileo Galilei untuk dipinjam sebelum sampai di tangan anak-anak Tau Taa Wana. Niat membaca buku ini sebenarnya hanya untuk bernostalgia lagi. Merivew kembali kenangan saat kuliah, dimana tokoh-tokoh filsuf dan ilmuan besar lainnya sering menjadi inspirasi atau sekedar menjadi pelarian saat tagihan di kantin sudah menumpuk.

Satu bulan setelah pertemuan saya dengan Mutiara, isu Flat Earth (FE) menjadi viral di media sosial dan sampai kepada saya. Pasti pekerjaan orang iseng, pikir saya. Menemukan orang yang percaya bumi itu datar hari ini, bagi saya sama dengan menemukan Mukjizat.

Saturday, September 3, 2016

Idiot!


Rudi masuki ke mobil audi dan duduk di jok empuk berbalut kulit Autoleder, mewah dan elegan. Sangat cocok dengan setelan jas yang ia kenakan. Memang selalu begitu.

Monday, June 13, 2016

Yang Jelas Ibu Saeni Lebih Mirip Nyonya Puff Ketimbang Spongebob




Ini soal pembelaan.
Meskipun nyonya Puff tidak dibahas, tapi Spongebob punya peran penting dalam tulisan ini.

BELA erat kaitannya dengan peduli. Sesuatu yang baik dan mulia. Tentu kata ini tidak ada kaitannya dengan judul lagu Jazon Mraz Bella Luna, meski pun kata Bella dalam bahasa Italia dan Spanyol juga memiliki arti yang baik yakni Indah atau Cantik. Tapi BELA disini berarti peduli seperti juga dalam kalimat bela Negara atau bela yang benar.

Monday, May 9, 2016

Coklat untuk Aisyah dan Nasi Kotak untuk Kristin [RECOVERY]


Tadi pagi saya berkeinginan untuk menulis lagi, kali ini fiksi. Lama sudah saya tidak berfiksi ria. Setelah “Sajak Putu Asa” yang saya tulis 3 Mei lalu di Kompasiana, sampai sekarang saya masih kesulitan menemukan kembali imaji menulis. Maka untuk memancing kembali imaji itu saya mencoba membuka file lama di mana saya menyimpan beberapa tulisan Kompasianer favorit saya kala itu.

Diantara nama-nama yang muncul adalah Ramdhani Nur, Naim Ali, Nuraziz Widayanto, Nathalia, dan Winda Krisnadefa. Saya mulai melihat beberapa judul tulisan mereka dan berhenti di nama terakhir. “Coklat untuk Aisyah dan Nasi Kotak untuk Kristin” itulah judul tulisan Winda Krisnadefa yang sangat berkesan bagi saya saat pertama membacanya sekitar 4 tahun lalu (seingat saya).

Alih-alih mendapat semangat dan menulis kembali, saya malah mencoba mengintip tulisan ini di Kompasiana. Beberapa menit kemudian saya bingung tulisan itu tidak ada di Kompasiana. Saya coba lagi buka profil Winda Krisnadefa, hasilnya nihil. Winda hanya memiliki 18 tulisan. Tulisan terakhirnya tertanggal 22 November 2012. Saya tidak pernah mengadakan kontak langsung dengan Winda, tidak seperti Ramdhani Nur yang sempat komen mengomentari tulisan.

Karena saya tidak mendapatkan tulisan itu di Kompasiana olehnya saya memunculkannya di sini. Sayang saja tulisan sebagus ini hilang begitu saja. Apalagi cara penyampaian pesannya bagi saya indah dan dalam.
___

Monday, May 2, 2016

Pendidikan Kita dan Usangnya Halaman Kuil Akademus

 





Tadi pagi saya membuka facebook dan mendapati hampir semua status teman-teman bertemakan pendidikan. Tenyata hari ini hari Pendidikan. Untuk memperingatinya sebaiknya saya juga mengupdate tulisan. Yang dimulai dari Yunani.

Alkisah ribuan tahun lalu, di Yunani berkembang satu budaya mengunjungi seseorang untuk bertanya dan berguru. Orang yang dikunjungi tentulah orang bijak dan yang punya pengetahuan. Kegiatan ini dilakukan para pria dewasa saat memiliki waktu yang luang. Artinya saat mereka tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan. Seiring perkembangan mereka kemudian mengajak anak-anaknya, mengisi waktu luangnya, melatih otaknya untuk berpikir dan bertanya.

Monday, April 25, 2016

Ahok dan Perkelahian Dalam Kelas


Ahok. Akhirnya saya harus membahasnya meskipun saya tinggal di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, beribu kilometer jaraknya dari Jakarta. Pertama karena saya selalu menyempatkan membuka portal-portal berita terbesar nasional saat nge-net dan Ahok terlalu seksi hingga cerita tentangnya selalu menghiasi headline. Kedua saat saya membuka akun facebook 19 April lalu seorang teman menandai saya dalam link postingannya. Atas restu saya link itu akhirnya muncul di timeline saya. Apa yang terjadi?, dalam 5 hari (sampai hari ini) postingan itu sudah berisi 95 komentar yang seru untuk diikuti.

Saya kira alasan kedualah yang paling kuat mendorong saya untuk membahas ini. Bayangkan saja orang Jakarta yang memilih hebohnya sampai di lembah Palu. Ahok ternyata magnet baru di Indonesia, mengalahkan Saskia Gotik, Saiful Jamil, atau Farhat Abas. Tapi tahu tidak apa judul link yang saya maksud di atas? “Muhammadiyah: Umat Islam HARAM Pilih Pemimpin Dari Golongan Kafir” milik eramuslim,com.

Thursday, March 31, 2016

Film dan Momentum


Topik saya kali ini adalah Film. Kenapa baru ditulis sekarang, bukankah dalam blog ini ada kolom khusus untuk film yang sudah berisi beberapa tulisan?

Kenapa sekarang. Karena saya hanya ingin mencocok-cocokkan momen saja. Seperti kebiasaan buruk saya selama ini, ide tulisan berhamburan dan berlari bebas tanpa ada keinginan kuat untuk mengikatnya dalam bentuk tulisan. Momen masih menjadi salah satu cara saya untuk mendongkrak semangat menangkap kembali dan mengikat ide-ide itu.

Film menurut Wikipedia adalah “gambar-hidup, juga sering disebut movie (pelesetan untuk frasa moving picture, 'gambar bergerak').” Wikipedia juga membahas tentang ragam genre – atau aliran atau bahasa sufinya tarekat – dalam film. Namun saya tidak tertarik membahas itu.

Wednesday, March 30, 2016

KOMUNIKASI YANG BIJAK: Antara Plato dan gelas-gelas kopi


“Wise men speak because they have something to say; Fools because they have to say something.” Saya tertarik memulai catatan ini dengan kutipan dari filsuf Yunani ternama Plato. Artinya kurang lebih seperti ini: Orang bijak berbicara karena ada sesuatu yang ingin mereka sampaikan; orang bodoh bicara hanya karena ingin mengatakan sesuatu. Dalam bahasa Indonesia dua kalimat ini mungkin sulit dibedakan, namun dalam konteks bahasa Inggris bias diartikan bahwa orang bodoh berbicara tidak mementingkan isi penyampaiannya, tapi hanya karena ia ingin berbicara saja.

Kutipan Plato di atas, menarik untuk dilihat dari kaca mata komunikasi. Kaitannya dengan apa yang saya akan bahas mungkin tidak terhubung secara langsung. Namun agar terlihat sedikit keren, saya tetap ingin mengutipnya. Apakah saya termasuk bijak atau bodoh, tergantung bagaimana pembaca melihatnya.

Awal Perkenalan Hingga Terseret


Awal milenium ketiga ini memang menjadi suatu yang spesial setidaknya bagi masyarakat Indonesia. Di era ini lonjakan teknologi informasi dan teknologi digital begitu jauh. Memasuki akhir dekade pertama Apple meluncurkan handphone pintarnya yang di Indonesia disusul Blackberry, Samsung dan beberapa brand lain.

Teknologi informasi juga menggeliat. Internet sudah bukan barang mahal dan eksklusif lagi. Hadirnya sosial media seperti facebook dan twitter menggantikan friendster pendahulunya semakin memeriahkan perayaan pesta kebebasan informasi. Kondisi ini semakin membuka mata masyarakat bahwa hal yang dulunya masih dibayang-bayangkan sudah hadir di depan mata. Dulu saya sendiri masih sebatas membayangkan saat orang berkata “Kecelakaan di Amerika atau kebakaran di Eropa hanya dalam hitungan detik sudah bisa kita ketahui di Indonesia.”

Tuesday, January 26, 2016

The Physician: Fiksi atau Fakta



Sekitar tiga menit awal film ini penonton diberi teks informasi “Inggris 1021 Masehi”. Scene-nya berisi kompleks pertambangan tradisional yang kumuh, penambang dan pengemis berlalu lalang, miskin dan kelaparan. Inggris digambarkan sebagai negeri yang terbelakang.

Saturday, January 23, 2016

TIMUR TENGAH: Sejak lama saya ingin menulisnya


Inilah topik paling seru sekaligus rumit yang sejak lama ingin saya tulis. Dimulai dari diskusi gelas-gelas kopi diawal 2005 hingga menjelang akhir 2006, tentang hancurnya Irak akibat invasi Amerika dua tahun sebelumnya, tentang hebohnya gaya kepemimpinan Ahmadinedjad, hingga kebengisan Israel terhadap Palestina. Timur Tengah selalu ramai dengan konflik, hingar bingar oleh trik dan intrik. Kesemrawutan ini juga yang membuat kita sulit membaca Timur Tengah. Siapa lawan, siapa kawan? Siapa kiri, siapa kanan? Saya pun sempat bingung mau mulai dari mana saking banyaknya hal "menarik" di sana.

Tapi meminjam istilah seorang teman, makin rumit Timur Tengah, makin asyik membacanya. Sebelum konflik yang melibatkan kekuatan luar, sejarah di wilayah ini pun sudah bertabur konflik internal. Membaca Timur Tengah memang asyik dan seru, asal kita tahu pemetaannya. Ceritanya lebih seru dari perjuangan Lufi untuk menjadi raja bajak laut dalam cerita One Piece. Kunci memahaminya ada di pemetaan kekuatan dan kepentingan.

Friday, January 8, 2016

Philosophy. Ilmu Kuno?


Akhirnya menulis lagi.

Di sela kesibukan saya sebagai notulen Rapat Kerja Tahunan (RKT) Yayasan Merah Putih (YMP), saya merasa ini waktu yang tepat untuk menyelesaikan projek tulisan saya yang sudah lama tertunda. Tulisan ini sebelumnya saya rencanakan untuk diselesaikan di awal 2013 lalu, kemudian tertunda. Tahun 2014 saya mendapat momentum saat seorang teman berkata “dalam agama filsafat itu ilmu yang terlarang dipelajari”, momentum itu kemudian terlewatkan karena semangat menulis saya belum utuh.