Friday, July 11, 2014

Apa Jadinya Jika Marcos Menyewa Lembaga Survey?


Setelah masa tenang seusai kampanye, dilanjutkan dengan Pemilu 9 Juli, ternyata suhu politik tidak menurun. Sebenarnya saya merasa risih untuk menulis lagi tentang pemilu, harusnya ini adalah masa tenang, terlebih sehari sebelum pencoblosan (8 Juli) Israel kembali menyayat rasa kemanusiaan dengan membombardir wilayah Gaza dan membunuh warga sipil dan anak-anak. Namun saya juga merasa tulisan ini penting sebab suhu politik terkini semakin rawan akan konflik. Pelaku kepentingan Pilpres seakan menemukan gelanggang baru untuk berperang: Quick Count.

Tuesday, July 8, 2014

Akhirnya Memilih


Tidak banyak pilihan pada Pemilu Presiden kali ini, hanya dua kandidat pasangan calon. Nomor urut satu dihuni Prabowo-Hatta, nomor dua diisi Jokowi-JK. Mereka berduel, head to head, satu lawan satu. Ini kali pertama dalam sejarah pemilihan langsung Presiden. Dalam situasi seperti ini pemilih akan lebih fokus pada dua calon, sehingga menarik perhatian publik lebih besar.

Terlebih Pilpres kali ini menyuguhkan dua kandidat yang berbeda karakter dan latar belakang. Yang satu mantan militer dan birokrat, olehnya diasumsikan tegas. Yang lain berasal dari masyarakat sipil dan kerap turun lapangan, olehnya dikatakan sederhana dan merakyat. Yang satu disebut punya Grand strategy yang hebat, yang lain kaya akan pengalaman memimpin sipil. Situasi ini semakin menarik perhatian. Hanya ada dua pilihan jika tidak suka hitam anda harus pilih putih, jika tidak ingin putih anda harus pilih hitam.