Saya mencoba
menahan diri untuk tidak menulis tentang polemik surat Al Maidah 51, selain
karena saya bukan ahli tafsir, saya juga tahu ada kepentingan lain dibalik
polemik ini. Boleh jadi Ahok menyinggung perasaan umat Islam, tapi belum tentu
ia bermaksud begitu. Ini persoalan bahasa saja, dan harusnya anak-anak mahasiswa
sastra Indonesia bisa mendiskusikan kalimat Ahok itu dalam tinjauan ilmu
bahasa.
Saya masih menduga
maksud Ahok bukan untuk menista Al Qur’an. Sama ketika Ahok bilang "Kristen itu ajaran konyol" jauh sebelumnya, tapi umat Kristen tidak marah karena mereka tau apa maksud Ahok. Bagaimana mungkin seorang yang mau maju Pilkada cari penyakit dengan menghina kitab suci.
Jika saya bilang “Banyak orang menggunakan agama sebagai barang dagangan dalam kampanye” apakah saya merendahkan agama? Atau saya menyatakan “Dimas Kanjeng bawa-bawa Islam untuk menipu orang” apakah itu juga akan menistakan Islam? Entahlah, persepsi masing-masing orang memang berbeda, apalagi akhir-akhir ini, orang bercanda saja was-was. Candaan cerdas jadi barang mahal di negeri ini. Semua harus serius dengan dahi mengkerut dan telunjuk yang siap menuding.
Baca Juga: Ahok dan Perkelahian Dalam Kelas
Jika saya bilang “Banyak orang menggunakan agama sebagai barang dagangan dalam kampanye” apakah saya merendahkan agama? Atau saya menyatakan “Dimas Kanjeng bawa-bawa Islam untuk menipu orang” apakah itu juga akan menistakan Islam? Entahlah, persepsi masing-masing orang memang berbeda, apalagi akhir-akhir ini, orang bercanda saja was-was. Candaan cerdas jadi barang mahal di negeri ini. Semua harus serius dengan dahi mengkerut dan telunjuk yang siap menuding.
Tapi saya
tidak lagi tertarik membahas Al Maidah 51 dan Ahok, sebab perhatian kita sudah
tertuju pada satu tanggal: 4 November. Jika gerakan hacker Anonymous dunia
memakai tanggal 5 November sebagai aksi sejuta topeng di seluruh dunia, pendemo
di Indonesia memilih satu hari sebelumnya.
Apa yang
menarik dari aksi 4 November? Ada yang bilang pada hari ini umat muslim akan
melaksanakan Jihad membela Al Qur’an. Para negarawan, para tokoh, dan ulama
mendadak bertemu. Jokowi mengunjungi Prabowo, rivalnya dalam Pilpres, mantan
presiden SBY bertemu Menkopolhukam Wiranto, Muhammadiyah dan NU juga bertemu
presiden. Di media dikatakan Indonesia dalam keadaan siaga satu menyambut aksi
4 November. Ada apa?
Aksi 4
November adalah buntut dugaan penistaan Al Qur’an oleh Ahok. Tapi apakah gerakan
ini murni mengusung penistaan Al Qur’an? Ahok sendiri sudah meminta maaf dan
memberi klarifikasi bahwa ia tidak bermaksud seperti itu. Polisi juga akan
memproses dugaan penistaan ini secara hukum. Tapi aksi 4 November besok tetap
dilaksanakan, pendemo bahkan diminta untuk menulis surat wasiat sebelum turun
demo. Ada JIHAD dan SURAT WASIAT. Kemanakah arahnya gerakan ini?
Kapolri Tito Karnavian pada acara Mata Najwa semalam menganalisa beberapa
kepentingan dibelakang aksi ini, ada kepentingan Pilkada, ada kepentingan
kelompok bisnis yang tidak suka dengan gaya Ahok, dan kepentingan kelompok yang
memiliki misi penegakkan Khilafah. Semua kepentingan ini seolah menemukan
momentumnya. Sehingga dalam situasi seperti ini, menjadi jelaslah kenapa permintaan
maaf Ahok tidak lagi penting.
Dari analisa om Tito tadi bagi saya yang paling mengkhawatirkan
adalah misi penegakkan khilafah. Kenapa? kita bisa belajar dari Arab Spring, kebangkitan dunia arab yang
ingin bebas dari cengkraman penguasa yang otoriter. Mulai 2010 hingga saat ini
gerakan ini sudah menyebar dari Tunisia, Mesir, Libya, Bahrain, Suriah, Yaman,
dan masih banyak wilayah lain di Arab dan Afrika.
Apakah ini aksi damai? Tidak. Arab Spring memakan puluhan ribu korban
jiwa, dan berhasil menggulingkan pemimpin seperti Hosni Mubarak, Mohammad
Morsy, dan terbunuhnya Muammar Gaddafi. Di Suriah dan Yaman
pemberontakan ini bahkan masih berlangsung hingga sekarang. Polanya sama, harus ada korban jiwa agar ada alasan untuk melakukan aksi lebih besar lagi. Jadi dalam pola gerakan Arab Spring korban jiwa itu HARUS jatuh.
Apa kecocokan antara aksi 4 November besok dengan Arab Spring? Kita belum tahu apakah besok ada korban jatuh atau tidak. Tapi kedua gerakan ini sama-sama memilih hari jum’at untuk menggerakkan massa.
Apa kecocokan antara aksi 4 November besok dengan Arab Spring? Kita belum tahu apakah besok ada korban jatuh atau tidak. Tapi kedua gerakan ini sama-sama memilih hari jum’at untuk menggerakkan massa.
Lantas apakah kekhawatiran ini berlebihan? Tentu tidak. Kita sudah
tau bersama bagaimana lebay-nya kelompok ekstrimis di Negara kita, kita juga
tau isu yang akan diangkat nanti sangat sensitif, bahkan ada kata JIHAD dan
SURAT WASIAT di sana. Watak orang Indonesia yang mudah teprovokasi, bak rumput
kering yang mudah tersulut kata penyair Rendra. Kondisi yang sangat subur bagi aksi serupa Arab Spring terjadi.
Ingat, Ikhwanul Muslimin sudah terusir dari mesir, sebagian mereka lari ke Turki, sebagian lagi pasti mencari rumah baru, dan Indonesia menjadi rumah idaman, sebab Negara ini memiliki populasi Muslim terbesar di dunia.
Baca juga: Gus Mus dan 'Kepala'
Ingat, Ikhwanul Muslimin sudah terusir dari mesir, sebagian mereka lari ke Turki, sebagian lagi pasti mencari rumah baru, dan Indonesia menjadi rumah idaman, sebab Negara ini memiliki populasi Muslim terbesar di dunia.
Dalam situasi
seperti ini saya merindukan watak asli orang Indonesia yang suka bercanda atau berguyon.
Duduk santai, kopi di atas meja, pisang goreng di tangan kanan.
Dengar-dengar besok di kota kecilku Palu akan ada demo serupa mulai dari masjid Agung sampai ke gedung DPRD.
Ah INDONESAAA, akhir-akhir ini aku rindu duduk semeja denganmu.
Palu, 3
November 2016
Gambar Ilustrasi dari sini
Terkadang kita tidak pernah tahu atau mau tahu apa yang akan terjadi meski juga terkadang harapan tak sesuai dengan keinginan dan kenyataan... Tapi itulah denyut kehidupan yang selalu membutuhkan sebuah gerakan agar terlihat jelas bahwa roda kehidupan masih terus berputar...
ReplyDeleteIya kanda.
ReplyDeleteHidup akan terus berputar, tragedi demi tragedi akan terus berlalu. Dan peradaban akan mencari sendiri titik tenang dan matangnya.
Yuukk...seruput kopinya jangan lupa pisang goreng pake dabu dabu yaa..��
ReplyDeleteMari...
DeleteJaman kita dulu beda. dulu kita daun yang masih segar. sekarang sudah kering. kena percikan api sedikit, amblas.
ReplyDeletekenapa kata "daun segar" kesannya agak nakal ya...?? hehehehe...
ReplyDelete