Wednesday, February 29, 2012

Life is Beautiful: 'Dongeng' Kehidupan



Tentang penghargaan terhadap hidup dan kehidupan, saya tidak akan ragu untuk menempatkan film ini pada urutan teratas. Diluncurkan tahun 1997, Life is Beautiful - versi aslinya berjudul La Vita e Bella - memiliki bahasa yang begitu indah untuk menjelaskan betapa berharganya setiap detik yang kita lewati.



Adalah Guido (Roberto Benigni), seorang keturunan Yahudi-Italia yang menjelajahi sepanjang wialayah Italia untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Romantis, humoris dan murah senyum menjadikan Guido diterima dengan baik di hampir semua tempat yang ia singgahi. Imajinasinya yang tiada batas menularkan kebahagian pada setiap orang yang berada di dekatnya.

Sisi romantic Guido sampai pada puncaknya ketika ia bertemu Dora yang selalu ia sanjung dengan sebutan“Morning Sunrise” (Cahaya Pagi). Dora, keturunan bangsawan Italia, akhirnya memilih menikahi Guido setelah melarikan diri dari rencana pertunangannya.

Kelahiran Giosue menjadi keindahan berikutnya yang hadir dalam hidup Guido. Seperti ayahnya, Giosue tumbuh ceria dengan imajinasi dan rasa ingin tahu yang tinggi. Hampir setengah dari cerita film ini menggambarkan keindahan dalam hidup Guido.

Cerita berbalik saat perang dunia kedua dimulai, Guido yang berdarah Yahudi digiring paksa bersama Giosue menuju camp pembantaian Nazi. Meski bukan keturunan Yahudi, Dora kemudian memohon kepada militer untuk mengizinkannya ikut bersama rombongan Guido.

Keindahan hidup justru terlihat pada adegan-adegan berikutnya. Guido yang tahu bahwa mereka akan bantai, berusaha menyembunyikannya dari Giosue. Tinggal dalam ruangan gelap bersama puluhan tahanan lain, menjalani rutinitas kerja paksa setiap hari merupakan tantangan berat bagi Guido untuk menjelaskan kondisi itu kepada anaknya.


Sebuah permainan berhadiah Tank, akhirnya menjadi alat penjelas. Untuk mendapatkan Tank sebagai hadiah utama, Guido harus bekerja keras tiap hari sementara Giosue harus bersembunyi dalam kamar dan tidak boleh minta pulang sampai permainan selesai.

Saat Giosue mengeluhkan kerinduan untuk bertemu ibunya, Guido pun harus mengambil resiko menyelinap untuk memutar lagu kesukaanya pada pengeras suara, agar terdengar oleh Dora yang berada di Camp perempuan.

Meski meraih 3 penghargaan pada Academy Award pada tahun 1999 dan menjadikan Roberto Benigni sebagai peraih Piala Oscar untuk aktor terbaik, para kritikus menyatakan cerita film ini tidak realistis.

Mungkin 'dongeng' ini menurut kritikus terlalu ‘mengkhayal’, namun menonton film ini sekitar tahun 2005 menjadi kesyukuran sendiri bagi saya. Film ini berhasil mengangkat sisi kemanusiaan dari sebuah cerita berlatar perang. Memadukan cerita komedi, romantis, dan ironi kesedihan secara bersamaan.

Terdapat jalinan puisi tentang cinta dan kehidupan dalam film ini. Apik, Indah, dan Manis.

“Terlalu Mengkhayal..?”
Ah.. bukankah imajinasi menjadikan semua jadi mungkin. Saya lebih bersepakat dengan Albert Einstein :Imagination is more important than knowledge.

2 comments: