Rabu 19 April 2017, dari pagi hingga sore hari langit terlihat cerah. Hari itu Pilkada DKI putaran 2 yang mempertemukan pasangan Ahok-Djarot versus Anies-Sandi digelar. Baru hitungan jam setelah TPS Pilkada DKI di tutup, hitungan beberapa Quick Count menunjukkan Anies-Sandi unggul.
Tak berapa lama Ahok-Djarot menggelar jumpa pers. Tanpa panjang lebar, apalagi menunggu hitungan resmi KPU, Ahok langsung memberi selamat kepada pasangan Anies-Sandi.
Dilayar TV, pendukung Ahok pun tak banyak protes atau tuduh sana tuduh sini. Artis penyanyi Tompi menyatakan: hari itu warga Jakartalah yang menang. Semua unsur masyarakat harus bersatu padu mendukung gubernur terpilih. Sudah cukup warga dipecahbelah oleh Pilkada dan isu-isu yang menyertainya.
Kubu Anies-Sandi merayakan kemenangan yang gilang gemilang.
Beberapa hari setelah perayaan kemenangan, media mulai membahas strategi-strategi Anies-Sandi untuk mewujudkan janji-janji kampanyenya.
Baca Juga: Daftar Janji Kampanye Anies-Sandi
Berselang satu minggu setelah itu, Rabu 26 April tiba-tiba Balai Kota DKI Jakarta diserbu warga dan karangan bunga. Apa yang terjadi?
Dimasa kepemimpinan Ahok-Djarot, pendopo Balai Kota setiap pagi memang kerap dipakai untuk berdialog dan mendengar keluhan dari warga. Tapi pagi ini Ruang terbuka Balai Kota tidak cukup lagi menampung warga yang datang.
Akibat banyaknya warga yang memadati Balai Kota, Ahok yang datang pukul 7.20 pagi sampai harus berjalan kaki dari gerbang hingga pendopo. Warga datang dengan berbagai alasan, ingin foto bersama, menyampaikan rasa terimakasih, rasa simpatik, dukungan moril, menyemangati, hingga mengirim karangan bunga. Akun twitter Ahok pun ramai dikunjungi warga dunia maya dengan taggar #GombalinAhok
Untuk karangan bunga, ruang terbuka Balai Kota sudah tak mampu lagi menampung. Menurut rilis media, karangan bunga yang datang sejak hari Jum’at 21 April hingga hari ini sudah berkisar 1000 karangan. Karangan bunga yang membludak bahkan parkir hingga trotoar jalan Medan Merdeka Selatan. Djarot sampai-sampai harus bilang “Cukup, tak usah kirim lagi.”
Baca Juga: Bang Sandi yang Santun
Inilah perayaan kekalahan paling meriah sepanjang sejarah Indonesia. Kejadian di Balai Kota hari ini benar-benar diluar nalar. Mungkin itu pula yang terjadi dengan
Bagaimana dengan Anies-Sandi? Saya belum dapat kabar, seheboh apa euphoria kemenangannya. Mungkin mereka masih sibuk menyusun program 100 hari, atau memutar otak untuk mewujudkan janji-janjinya. Biarkanlah, jangan diganggu. Apapun itu kalau untuk kebaikan warga, kita harus dukung. Sementara itu warga bolehlah bermanja-manja dengan gubernur lamanya untuk kali terakhir.
Hari ini sejarah mencatat, Ahok-Djarot adalah anomali. Berbagai survey sebelum Pilkada pun menunjukkan itu.
Baca Juga: Saya Suka Ahok. Itu Saja!
Ah, bukankah orang-orang besar adalah mereka yang menciptakan anomali-anomali?
Salam Kopi Pahit
___
Warkop 212 Palu 26 April 2017
Gambar dari sini dan sini