Menjelang hari pencoblosan Pilkada DKI, kejadian demi
kejadian berlangsung. Setidaknya ada tiga kejadian penting dalam masa tenang
ini. Mulai dari pengusiran Djarot dari masjid tempatnya shalat Jum’at,
pengerahan massa dari luar Jakarta oleh pendukung Anies-Sandi, hingga penemuan
sembako yang diduga milik pendukung Ahok-Djarot.
Hari-hari terakhir memang menjadi pertarungan pamungkas. Dan
Ahok-Djarot babak belur dihantam kejadian demi kejadian. Pengusiran Djarot dari
masjid sungguh disayangkan. Bagaimana pun panasnya pertarungan politik, mestinya
masjid bersih dari kepentingan politik dan tidak boleh menjadi mimbar kampanye.
Pengerahan massa dari luar Jakarta juga sangat tidak elok
dilakukan, dengan alasan apapun. Situasi di Jakarta sudah panas, pengarahan
massa dari luar malah akan membuat runyam masalah. Apalagi kedatangan massa
tersebut katanya untuk memantau jalannya pendoblosan. Sudahlah apa tidak cukup
warga Jakarta yang melakoni pilkada di wilayahnya. Berhentilah mengeruhkan
suasana.
Selanjutnya, penemuan sembako yang diduga akan dibagi oleh
pendukung Ahok-Djarot. Kasus ini mesti ditelusuri, seperti juga laporan tim
Ahok-Djarot terkait aksi bazar murah pendukung Anies-Sandi. Bawaslu dan
kepolisian harus mengusut kejadian tersebut. Jika bersalah harus ditindak.
Siapa pun itu.
Hanya sedikit mengherankan kalau timbunan sembako yang di
duga milik pendukung Ahok-Djarot ditemukan di kantor DPC PPP yang dipimpin
Lulung Lunggana. Menurut Lulung, kantor itu dirusak kemudian dijadikan tempat
penimbunan sembako. Kalau pun benar itu milik pendukung Ahok-Djarot, bagaimana
bisa mereka berpikir menaruh sembako tersebut secara illegal di kantor musuh bebuyutan
Ahok dalam politik.
Olehnya laporan tersebut harus diusut tuntas.
Waktu semakin berjalan, entah kejadian apa lagi yang akan
menyusul. Besok hari pencoblosan, saya tentu hanya bisa menonton, tidak ikut
mencoblos. Bagi kalian yang berkesempatan memilih, datanglah ke TPS, dan jangan
lupa pakai akal sehat.
___
Palu, 18 April 2017