Saturday, January 4, 2025

AKHIRNYA BAHAS SURIAH JUGA

Seorang teman dari Batusuya tetiba mengirim pesan ke saya, di dalam chat-nya ada link tiktok tanpa ada penjelasan. Seperti biasa saya risih meng-klik kiriman link yang tidak jelas, lalu saya tanya itu apa?, dia balas “Cerita Suriah”. Ternyata itu link konten kreator Indonesia yang membahas konflik Suriah dari ketinggian dengan latar pegunungan. Hanya sekitar 2 menit saya tonton video yang lumayan panjang itu, saya keluar dan membalas chatnya: “Salahhh

Sebelum chat teman ini, saya sudah menonton ulasan Mehdi Hasan dan Owen Jones tentang Suriah di platform miliki Mehdi, Zateo. Ulasan yang mngecewakan. Saya mengagumi Mehdi sejak menonton debat fenomenalnya di Oxford Union bertahun-tahun lalu. Saya mengenal - dan akhirnya juga mengagumi - Owen Jones sebagai salah satu debator ulung yang berdiri konsisten menentang genosida Israel di Gaza.

Senang sekali melihat kedua manusia ini duduk dalam satu frame diskusi, sebagaimana juga menyenangkannya melihat Mehdi dan Bassem Yousseff duduk semeja dalam seri pertama podcast We're Not Kidding milik Mehdi. 

Tapi ulasan Mehdi dan Owen itu mengecewakan. Dari semua video Mehdi yang saya tonton, baru dua video yang membuat saya kecewa. Pertama wawancaranya dengan Victor Gao soal politik internal dan hubungan internasional China dalam acara Head to Head Aljazeera Agustus 2024. Mehdi me-roasting Gao dan memaksakan cara pandang dunia Barat kepada sistem yang berlaku di China. Kedua ulasannya tentang Suriah bersama Owen.

Dan akhirnya saya memutuskan, sepertinya memang kita harus bicara soal Suriah. 

Negara yang sejak dulu diincar oleh negara Adidaya Barat ini pada tanggal 8 Desember 2024 kemarin akhirnya dikuasai. Incaran negara Barat ini bukan dugaan serampangan, CIA sendiri sudah merilis dokumen rencana tahun 1983 itu di website mereka.


Tulisan "dikuasai" di atas dalam artian dikendalikan, bukan dikolonisasi sebagaimana masa penjajahan ratusan tahun lalu. Hal sederhana ini masih penting juga untuk diperjelas, soalnya kita masyarakat hari ini masih banyak yang menganggap, jika sebuah negara berhasil mengalahkan negara lain, maka dia berhak untuk mengambil alih wilayahnya.

Bukan. Bukan begitu aturan main hari ini. Itu aturan main penjajah tempo doeloe.

Dulu masi bebas menjajah dan mengambil aliha wilayah. Tanah Amerika dirampas oleh Inggris dari tangan suku Indian, tanah Hawai dirampas Amerika dari suku asli Hawai yang masih masuk rumpun Polynesia, atau Australia direbut paksa oleh Inggris dari orang Aborigin dan New Zealand yang dibegal juga oleh Inggris dari tangan orang Maori.

Setelah Perang Dunia 2 berakhir, muncul kesadaran bersama untuk membuat aturan main yang adil agar tidak lagi terjadi perang sewenang-wenang yang mengacaukan seluruh dunia. Negara-negara besar menjadi inisiator. Maka berdirilah organisasi PBB dan disepakatilah Piagam PBB (UN Charter) pada Juni 1945. Isinya mengatur hubungan internasional semua negara yang meliputi hak, kewajiban maupun sanksi jika melanggar.

Dalam PIAGAM PERTAMA, pasal 2 ayat 4 tertulis:

“All Members shall refrain in their international relations from the threat or use of force against the territorial integrity or political independence of any state, or in any other manner inconsistent with the Purposes of the United Nations”

Sederhananya, sebuah negara dilarang mengancam atau menggunakan kekuatan militer untuk merebut wilayah atau mengganggu kedaulatan politik negara lain. Makanya Putin dari awal menjelaskan bahwa serangan ke Ukraina tidak berniat merampas wilayah itu tapi membebaskan etnis Rusia yang tinggal di wilayah Donbass yang bertahun-tahun ditindas oleh Ukraina dan mempertahankan diri dari ancaman aktifitas NATO diperbatasannya. Alasan
“Mempertahankan Diri” ini juga diatur dalam Piagam PBB, namanya hak untuk Self Defense.


Alasan yang sama juga dipakai oleh Amerika untuk membumi-ratakan Iraq tahun 2003 yang katanya mengancam teritorinya (padahal Irak - Amerika berjarak 11 ribu km) tapi ternyata tidak terbukti. Alasan yang juga dipakai Israel untuk menyerang Palestina selama puluhan tahun. Bedanya Israel tidak hanya menyerang tapi juga merampas wilayah dan Palestina tidak memiliki hak untuk Self Defense.

Baca juga: CERITA GAZA - MIDWAY SEASON

Baiklah, kembali ke Suriah.

Negara Adidaya tidak ingin merampas wilayah Suriah. Sekali lagi itu tidak diperbolehkan. Tapi negara Adidaya seperti seperti Amerika, Inggris, Prancis - dan tentu Israel juga - ingin mengendalikan Suriah dengan melengserkan pemerintahnya lalu menggantikan dengan orang yang bisa mereka atur.

Maaf, harusnya Israel tidak masuk beberapa negara tadi karna Israel tidak berniat mengendalikan tapi berniat merampas wilayah. Itu yang mereka lakukan di dataran tinggi Golan yang mereka rampas dari Suriah dalam perang tahun 1967. Mereka menganggap itu tanah nenek moyang mereka 3500 tahun yang lalu. Alasan yang harusnya juga bisa membenarkan suku Indian mengusir Joe Biden dan Donald Trump serta kulit putih Amerika lain dari tanah nenek moyangnya, atau Aborigin bisa membantai dan mengusir kulit putih di Australia, dan Maori terhadap kulit putih di New Zealand.

Maaf, tulisan ini selalu nyerempet ke wilayah lain.

KENAPA SURIAH PENTING

Ada banyak alasan untuk itu. Secara geografis posisinya sangat strategis, berada di pesisir laut Mediterania, laut yang saya dan teman sepengopian di kampus dulu sepakat sebagai ruang peradaban besar dunia saling menyapa dan menanyakan kabar. Tidak ada laut yang lebih alot dengan tumpukan sejarah penting peradaban selain laut mediterania.

Jika negara-negara jazirah arab ingin ke Eropa, maka jalur terpendeknya melewati Suriah. Dan terukti Suriah masuk dalam jalur sutra perdagangan jaman dulu. Jika negara Barat ingin negara-negara sekutunya di Timur Tengah saling terhubung, maka Suriah harus diamankan agar semua urusan bisa lancar dan jika mereka ingin menghambat musuh-musuhnya untuk saling membantu, maka Suriah juga harus mereka kuasai agar bisa memotong jalur bantu membantu itu. Belum lagi kita bahas soal kekayaan alamnya, minyaknya, gasnya.

Maka, saat Suriah lebih mesra dengan Rusia dan Iran yang jadi musuh Barat, negara ini harus siap masuk dalam daftar target negara incaran. Apalagi Suriah tidak pernah menunjukkan senyum manis dihadapan Israel, selalu bermuka masam.
Tidak seperti Mesir, Jordan, dan Arab Saudi yang lebih santun dan hangat terhadap Israel. Perang tahun 1967, 1973, dan 1982 oleh Hafez Assad (ayah Bashar Assad) yang saat itu menjabat presiden menjadi bukti ketidaksukaan Suriah terhadap tetangga Zionis-nya itu.

Israel adalah anak emas, nakal, sekaligus manja dari negara Barat. Anak emas karna selalu dispesialkan dan kemauannya selalu dituruti, anak nakal karna selalu melanggar aturan, manja karna selalu mengadu kalau tetangganya membalas kenakalannya.

Jadi sesiapapun yang tidak suka dengan kehadiran anak nakal pelanggar aturan ini akan jadi incaran negara Barat untuk ditundukkan. Sebelum tulisan ini dituduh mengada-ada dan antisemit, sebaiknya saya menyegerakan untuk suguhkan data lain selain dokumen CIA di atas. Mari kita lihat rencana Israel untuk negara-negara Arab. Mereka menyebutnya Oded Yinon’s Plan yang ditulis bulan Juni 1982 (setahun sebelum dokumen CIA tadi). Dalam dokumen
(pdf) sebanyak 32 halaman ini saya coba menyarikan (interpretasi) beberapa poin penting:

Mulai dari halaman 9: 

Uni Soviet terus berkembang menguasai sumber-sumber kekayaan alam di berbagai belahan dunia. Ancaman militer dan senjata nuklirnya sangat serius bagi negara Barat dan juga Israel. Negara-negara Muslim tetangga yang mengelilingi Israel dan di kawasan Timur Tengah sebenarnya bukan ancaman yang besar dan jangka panjang.

Negara-negara ini memiliki militer tapi tidak memiliki tujuan yang jelas sejak mereka diatur oleh Inggris dan Prancis
(keruntuhan Ottoman). Mereka seperti susunan kartu yang sangat rentan dan rapuh. Perpecahan di dalam negeri mereka sangat jelas terlihat antara grup etnis, kelompok agama, faksi-faksi, dan sekte Suni dan Syiah. Alih-alih fokus membahas masalah utamanya, mereka malah mengalami kehancuran dari dalam. Ini menjadi kesempatan yang baik bagi Israel.

Di sisi bagian barat Israel, Mesir yang sedang lemah akan didorong mengambil langkah inisiatif ceroboh untuk memimpin dunia Arab lewat ideologi Pan Arab-nya. Ini akan berujung pada perpecahan internal dan keruntuhannya. Mereka akan terpecah dalam negara-negara kecil berdasarkan, etnis, agama, dan sekte. Saat mesir runtuh dan pecah, negara-negara tetangganya pun akan mengalami nasib sama, lalu Israel akan mengambil alih semenanjung Sinai dan mengontrol terusan Suez.

Wilayah sisi timur kita lebih rumit. Lebanon yang tidak punya kekuasaan pemerintahan terpusat akan berkonflik internal dan akan pecah dalam beberapa negara, yakni negara Kristen, negara Sunni, dan negara Syiah. Mereka akan jadi contoh yang baik bagi negara-negara Arab lainnya yang akan bernasib sama. Di SURIAH
(topik kita dalam tulisan ini), pertikaian antara mayoritas Sunni dan minoritas Syiah di pemerintahan terus berlangsung. Tentaranya didominasi Sunni tapi dikomandoi Syiah, mereka tidak akan solid kecuali disatukan oleh kebencian mereka terhadap Israel.

Suriah akan pecah seperti Lebanon. Akan ada negara Syiah di pesisir pantai, lalu ada 2 negara Sunni yakni negara Aleppo dan negara Damaskus, Druzes juga akan menjadi negara, begitu juga Golan dan Hauran.


Dokumen Oded Yinon’s Plan ini dipublikasikan internal di Israel lalu juga di Amerika dan Eropa. Dalam dokumen ini sebenarnya dibahas juga kekhawatiran informasi ini akan bocor ke negara Arab dan mereka akan bersiap mengantisipasinya. Namun dalam dokumen juga kita temukan penjelasan mengapa hal itu tidak terlalu membahayakan.

Halaman 22 - 23:

Negara-negara Arab sejauh ini tidak menunjukkan kemampuan yang baik untuk melakukan analisa detil dan rasional. Warga Palestina juga sama saja. Mereka yang meneriakkan bahayanya perluasan pemukiman Yahudi (dan harusnya memang bahaya), bukan didasarkan pada pengetahuan detil akan bahaya itu, tapi lebih karna percaya pada mitos. Para ahli Israel sudah memprediksi hal ini, orang-orang Arab ini tidak akan membahasnya secara serius, perang Lebanon menjadi bukti. Jadi mereka akan tetap memakai metode lama untuk melihat Israel.

Begitulah, penguasaan Suriah dan beberapa negara Arab lain sudah direncanakan jauh hari bahkan dengan rencana yang detil. Dokumen itu juga membahas secara detil bagaimana perang Iran - Iraq akan melemahkan keduanya.

Tak disadari tulisan ini sudah sangat panjang dan mulai membosankan. Tapi saya sudah mengantisispasi kondisi ini sebelum mulai mengetik, bahwa memahami kejatuhan Suriah dan dampaknya tidak cukup dengan satu tulisan saja. Olehnya untuk menutup tulisan panjang yang belum utuh ini saya ingin membeberkan kesaksian Wesley Clark yang pernah mencalonkan diri sebagai presiden Amerika dari partai Demokrat di tahun 2004.

“10 hari setelah kejadian 9/11 saya pergi ke Pentagon dan seorang jendral bicara kepada saya, katanya ‘kita sudah membuat keputusan untuk berperang dengan Irak’ saya tanya kenapa, dia bilang ‘saya tidak tahu’, saya tanya apakah ada hubungannya dengan serangan Al Qaeda?, dia bilang ‘tidak’. Dia bilang ‘mungkin karna kita punya militer yang kuat dan tidak tahu mau buat apa, kita sedang memegang Palu dan semua masalah terlihat seperti Paku’.

Beberapa minggu kemudia saya bertemu lagi, saat itu kita sedang membombardir Afganistan. Saya tanya apakah kita tetap akan berperang dengan Irak. Dia bilang ‘bahkan lebih parah lagi’, dia menunjukkan saya memo dan mengatakan, ‘kita akan menaklukkan 7 negara dalam 5 tahun kedepan, mulai dari Irak, Suriah, Lebanon, Libya, Somalia, Sudan, dan berakhir dengan Iran.”


Tonton: Video Wesley Clark dalam Democracy Now yang dipandu oleh
jurnalis senior Amy Goodman peraih berbagai penghargaan jurnalis.

Sebelumnya saya ingin memperjelas bahwa saya tidak sedang membahas Teori Konspirasi. Saya termasuk orang yang tidak suka dan menghindari teori konspirasi. Meskipun sebagain besar teman sepengopian sudah tahu sikap saya ini, tapi perlu diperjelas lagi bahwa fakta dari sumber primer atau sekunder sangat berbeda dengan teori konspirasi yang dibangun dari jahitan prasangka liar dan suudzon yang dianyam dengan ketidakpahaman dan keputusasaan melihat realita.

Benar, bagi saya hanya mereka yang illiterate dan putus asa yang gemar dengan teori konspirasi. Mungkin ini menjadi wadah pelarian, bentuk kompromi terhadap kemalasan mencari informasi yang valid dan reliable. Bisa jadi ini juga bagian dari masalah psikologis.

Wesley Clark yang bersaksi di atas, bukan hanya mencalonkan kandidat presiden. Dia adalah mantan jendral militer Amerika yang menghabiskan 34 tahun hidupnya sebagai prajurit. Mengomandoi pasukan dalam perang Vietnam dimana dia mendapat medali penghargaan, menjadi salah satu komandan NATO, dan komandan pasukan dalam perang Kosovo. Bisa dikatakan dia adalah pelaku dan kesaksiannya tidak didasarkan pada prasangka dan suudzon.

Tulisan ini pun menjadi sangat panjang dan melebar. 

Saya kadang benci dengan kegagalanku menahan diri untuk tidak menumpuk berbagai informasi dalam satu tulisan. Mudah-mudahan tulisan berikutnya bisa lebih fokus. Yang jelas Suriah tidak berhenti disini. Saya sepakat dengan pangeran Buol yang mengirim pesan ke saya beberapa hari yang lalu: “Suriah lebih penting dijelaskan ketimbang Gaza” katanya.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya: SURIAH YANG HIRUK PIKUK


___
Pasar Kopi, Palu Barat
3 Januari 2025
Gambar dari sini


Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment