Saya harus akui dua tulisan tentang suriah sebelumnya terlalu panjang dan rumit, maafkan. Belakangan ini saya memang kehilangan kemampuan untuk menyederhanakan sesuatu. Saya ingin semuanya disuguhkan secara komprehensif. Orang bilang menyeluruh atau holistik, tapi jatuhnya malah rumit. Semoga tulisan ke tiga ini tidak.
Sejak dimulainya operasi militer pemberontakan berbagai kelompok terhadap Assad 2011 lalu, sudah terlihat pihak-pihak yang memberikan support. Turki dan Qatar masing-masing membentuk lembaga penampung donor untuk para pemberontak. Donor utamanya Arab Saudi, Amerika, Inggris, dan Prancis.
Tahun 2013 ISIS muncul, Amerika menurunkan langsung militer dan pesawat tempurnya melawan ISIS, organisasi teror pelanggar HAM. Disini Amerika sendiri agak kebingungan mau bela atau serang siapa, kita sebut saja tricky biar lebih halus.
Satu sisi Amerika sangat ingin Assad tumbang. Tahun 1983 mereka sudah membuat rencana menumbangkan klan Assad di Suriah, dokumennya bisa dilihat di tulisan sebelumnya. Namun hal itu tidak boleh dilakukan secara langsung dan terbuka, itu melanggar aturan, kecuali ada alasan kuat. Kemunculan ISIS akhirnya jadi alasan kuat militer Amerika bisa turun langsung. Tapi bukan menumbangkan Assad tapi memerangi ISIS.
ISIS ini bergabung dengan pemberontak untuk menumbangkan Assad. Rumit kan? Amerika galau dan bingung. Kegalauan ini membuat rudal Amerika lebih sering menghantam basis militer Assad ketimbang ISIS. Benar-benar tricky. Seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami, begitu mungkin gambarannya.
Lantas kenapa pula Turki, Qatar, dan Arab Saudi ngotot mau bantu pemberontak, apa masalahnya mereka dengan Assad?
SENTIMEN BLOK BARAT DAN TIMUR
Ada satu alasan utama negara-negara ini ingin Assad harus tumbang, tapi itu akan kita bahas di akhir, sebelumnya kita bahas sedikit alasan penguat lain. Pertama Assad lebih akrab dengan blok Timur bersama Rusia dan Iran dibanding blok Barat.
Geopolitik Timur Tengah (koleksi pribadi) |
Bantuan senjata dari Iran kepada Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza melewati Suriah atas izin Assad. Ini yang buat Israel dan negara barat melihat Assad sebagai common enemy. Ditambah lagi ideologi partai Ba’ath yang lahir di Suriah adalah Sosialisme Arab. Artinya kekayaan alamnya harus dikelolah sendiri, negara barat tidak akan bebas mengeruk minyak dan gas alamnya.
Baiklah, masuk akal kalau negara Barat benci Assad. Bagaimana dengan sesama negara Arab? Bukankah Qatar dan Suriah selama ini sama-sama mengambil posisi tegas mendukung perjuangan Palestina. Tahun 2017 Arab Saudi yang selama ini mesra dengan Amerika bahkan memutuskan hubungan dengan Qatar karna terlalu akrab dengan Iran dan menuduh negara itu mendukung teroris.
Sementara di Turki, Erdogan tampil sebagai sosok jagoan yang disegani, di Indonesia dia disebut sebagai pemimpin yang akan mengembalikan kejayaan umat Islam. Kalau Erdogan ingin memimpin umat Islam kenapa dia mau bergandeng tangan dengan negara barat. Bagi saya jawaban soal Erdogan ini sederhana. Karna Turki dari dulu hingga hari ini menjadi salah satu penyuplai utama stok makanan mentah ke Israel dan Turki satu-satunya negara Timur Tengah yang bergabung di NATO. Selesai, case closed. Mungkin banyak yang tidak sepakat dengan ini. Tapi mau bagaimana lagi, kenyataan itu memang kejam.
Baca juga: AKHIRNYA BAHAS SURIAH JUGA
Lalu bagaimana mungkin Turki, Qatar, dan Arab Saudi sama-sama membenci Assad di Suriah. Pasti karna Assad syiah?. Tapi kan mayoritas masyarakat Suriah adalah Sunni dan lembaga pendidikan berbasis Sunni menjalankan praktek keagamaan secara normal tanpa ada batasan. Mahasiswa Indonesia bahkan banyak yang kuliah di universitas-universitas Suriah, menimbah ilmu dari ulama-ulama besar Sunni disana.
MIMPI MENYATUKAN ARAB
Assad adalah penerus partai Ba’ath dimana ayahnya adalah tokoh penting dalam perjalanan pendirian partai ini. Partai yang anti penjajahan negara barat ini kemudian punya pengaruh luas hingga ke Lebanon, Palestina, dan Irak (Sadam Hussain juga kader partai Ba’ath).
Partai ini berideologi Sosialis Arab yang tidak menganggap perbedaan agama dan etnis itu penting. Tujuan utamanya adalah membebaskan semua negara Arab dari cengkraman kolonialis barat. Hafez Al-Assad sang ayah memiliki mimpi kekayaan alam tanah Arab (termasuk Suriah) digunakan sepenuhnya untuk kemakmuran seluruh masyarakat Arab dibawah bendera sosialis, tak peduli agama dan etnis apa. Assad sebagai anak memiliki tanggungjawab suci melanjutkan mimpi itu. Dari latar belakang ini harusnya sentimen agama, etnis, dan sekte, mestinya bukan jadi isu penting di Suriah.
Lalu masalah utamanya apa?
RENCANA BESAR
Bagi negara barat tidak ada pilihan lain, Assad harus tumbang. Alasannya sederhana karna partai Ba’ath berideologi Sosialis dan anti barat. Tapi bagi negara sesama Arab seperti Turki, Arab Saudi, dan Qatar, ada alasan lain yang lebih oportunis, yakni Jalur Pipa Gas yang akan melalui Arab Saudi, Jordan, dan Turki. Rencana ini ditentang oleh Assad tahun 2009.
Saat ini Eropa sangat butuh supplai gas dari wilayah lain karna mereka sudah sangat ketergantungan dengan Russia sebagai pemilik gas alam terbesar di dunia. Saat krisis Ukraina, Russia menaikkan harga gasnya, Eropa mengalami krisis energi, Amerika sebagai teman akrab yang diharapkan bisa menyediakan gas, ternyata juga menjual dengan harga mahal.
Untuk mencari alternatif murah, maka perlu suplai gas dari wilayah lain. Dari mana itu? tentu saja Timur Tengah, wilayah ini selalu menawarkan harga yang lebih murah dibanding Amerika. Mari kita lihat daftar negara yang memiliki cadangan gas terbesar di dunia.
Data: https://www.worldometers.info/gas/ |
Sebenarnya Qatar sudah lama menjual gas mereka ke Eropa dan Amerika tapi memakai kapal tangker yang dimuat melewati Laut Merah dan terusan Suez. Mengirim gas dan minyak memakai kapal tangker butuh biaya mahal maka harganya pun jadi mahal. Belum lagi Yaman mengganggu jalur ini sebagai bentuk dukungan terhadap Gaza Palestina yang dibombardir Israel. Maka jalur pipa langsung menjadi pilihan paling murah dan praktis.
Satu hal yang buat Turki sakit hati adalah, Assad menolak jalur pipa gas yang akan melewati Turki, tapi mengizinkan jalur Pipa Gas dari Qatar, tapi harus melewati Iran lalu Suriah dan langsung ke Eropa, tidak melewati Turki. Artinya Turki tidak akan dapat keuntungan. Assad lebih memilih negara blok Timur ketimbang Turki yang meskipun terlihat berpihak ke negara Arab tapi bergabung dengan NATO dan sejak lama menjalin "hubungan terlarang" dengan Israel.
https://oil-price.net/cartoons/iran-iraq-syria-pipeline.jpg |
Dititik ini tidak ada pilihan lain Assad harus disingkirkan. Dengan jatuhnya Assad, banyak hal yang tercapai. Ideologi anti barat dan mimpi menyatukan Arab yang hari ini dibawa oleh Assad dan Gaddafi terkubur sudah. Gaddafi dan Assad lenyap. Yang tersisa adalah negara Arab yang bisa diatur.
Iran sebagai musuh terbesar barat dan Israel di Timur Tengah akan kesulitan memberi bantuan ke Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Palestina. Dengan dikuasainya Suriah dan bebasnya pangkalan militer negara barat bercokol disana maka Iran semakin terancam.
Projek besar China bernama One Belt One Road (OBOR) yang memasukan Suriah di dalamnya akan terganggu. Projek ini menjadi mimpi buruk negara barat, karna akan semakin menguatkan China dan blok Timur. Lengsernya Assad juga menyelamatkan Eropa dengan gas murah dari Qatar. Mereka tidak akan khawatir kalau Russia mengurangi pasokan gasnya.
Bagaimana dengan Erdogan? Dia masih akan tetap jadi oportunis yang baik. Dan tentu saja masih akan menjadi pahlawan umat Islam bagi kita di Indonesia. Lupakanlah Salahuddin Al Ayyubi, masanya sudah lewat, sudah basi, karna Saladdin ini kampung halamannya Suriah bukan Turki.
Sebagai penutup mari kita dengar pembahasan Jalur Pipa Gas ini dari World Affair (8 menit) atau pembahasan yang lebih antusias dari jurnalis Inggris Richard Medhurst
___
Pasar Kopi, Palu Barat
5 Januari 2025
Gambar dari sini dan jalur pipa gas dari sini dan sini