Thursday, January 9, 2025

BELAJAR DARI LIBYA

Gaddafi dan presiden Prancis, Sarkozy 2007

Karna kita sudah membahas kejatuhan Assad di Suriah, maka sebaiknya kita juga membahas sedikit soal Libya di era Mu’ammar Al Qaddafi, warga barat lebih suka menyebutnya dengan Gaddafi. Saya menyesuaikan saja dengan lidah barat, Gaddafi, biar tidak terdengar kolot dan diktatoris.

Ada 3 tokoh Timur Tengah yang sangat berkaitan satu sama lain. Membahas salah satunya akan menarik kita untuk membahas yang lain. Ke tiga orang itu adalah Assad di Suriah, Gaddafi di Libya, dan pendahulu mereka Jamal Abdul Nassir di Mesir. Ketiganya diikat oleh ideologi penyatuan negara-negara Arab (Pan Arab) dan anti campur tangan negara Barat. Gerakan ini berkali-kali dicoba namun gagal atau digagalkan.

Kali ini kita akan melihat sepak terjang Gaddafi di Libya mulai tahun 1977 dan pelajaran yang bisa diambil pasca lengsernya tahun 2011.

Sunday, January 5, 2025

ALASAN ASSAD HARUS TUMBANG


Saya harus akui dua tulisan tentang suriah sebelumnya terlalu panjang dan rumit, maafkan. Belakangan ini saya memang kehilangan kemampuan untuk menyederhanakan sesuatu. Saya ingin semuanya disuguhkan secara komprehensif. Orang bilang menyeluruh atau holistik, tapi jatuhnya malah rumit. Semoga tulisan ke tiga ini tidak.

Sejak dimulainya operasi militer pemberontakan berbagai kelompok terhadap Assad 2011 lalu, sudah terlihat pihak-pihak yang memberikan support. Turki dan Qatar masing-masing membentuk lembaga penampung donor untuk para pemberontak. Donor utamanya Arab Saudi, Amerika, Inggris, dan Prancis.

Tahun 2013 ISIS muncul, Amerika menurunkan langsung militer dan pesawat tempurnya melawan ISIS, organisasi teror pelanggar HAM. Disini Amerika sendiri agak kebingungan mau bela atau serang siapa, kita sebut saja tricky biar lebih halus.

Satu sisi Amerika sangat ingin Assad tumbang. Tahun 1983 mereka sudah membuat rencana menumbangkan klan Assad di Suriah, dokumennya bisa dilihat di tulisan sebelumnya. Namun hal itu tidak boleh dilakukan secara langsung dan terbuka, itu melanggar aturan, kecuali ada alasan kuat. Kemunculan ISIS akhirnya jadi alasan kuat militer Amerika bisa turun langsung. Tapi bukan menumbangkan Assad tapi memerangi ISIS.

ISIS ini bergabung dengan pemberontak untuk menumbangkan Assad. Rumit kan? Amerika galau dan bingung. Kegalauan ini membuat rudal Amerika lebih sering menghantam basis militer Assad ketimbang ISIS. Benar-benar tricky. Seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami, begitu mungkin gambarannya.

Lantas kenapa pula Turki, Qatar, dan Arab Saudi ngotot mau bantu pemberontak, apa masalahnya mereka dengan Assad?

Saturday, January 4, 2025

SURIAH YANG HIRUK PIKUK

 

Berita 3 Desember 2024, sebelum Assad tumbang

Benar, di tulisan sebelumnya, saya bersepakat dengan chat Pangeran Buol ke saya bahwa “Suriah lebih penting untuk dijelaskan ketimbang Gaza”. Di Gaza pihak yang bertikai jelas, solusinya saja yang dibuat rumit oleh Israel. Sementara di Suriah banyak sekali pihak yang terlibat, orang Palu bilang baku cako, saya saja susah mengingat nama-nama faksi pemberontak yang terlibat. Meski begitu benang merahnya masih terlihat.

Di Suriah salah membaca berakibat fatal. Fatal karna menurut saya akan berdampak pada pembangunan opini yang keliru saat duduk ngopi dengan yang lain. Kecuali bacaan itu ditelan sendiri. Kita masih ingat kan bagaimana demo-demo masa 2014-2015 yang banyak mengibarkan bendera ISIS bahkan publikasi dukungan resmi kepada kelompok ini banyak bermunculan.

Saya sepenuhnya sadar, membahas Suriah di Indonesia sama bahayanya dengan mengatakan Erdogan itu munafik. Kita sama tahu Indonesia menjadi basis fanbase-nya Erdogan, dan orang yang sama juga sangat membenci Bashar al Assad. Banyak dari mereka ini adalah teman-teman sendiri. Dan mereka baik-baik semua, tulus, lucu, dan perhatian. Mungkin itu sebabnya sejak dulu saya menahan diri untuk tidak membahas Suriah dari perspektifku. 

Tapi Gaza terlanjur memaksa saya untuk membahas konfliknya, dan akhirnya menyeberang ke kawasan tetangganya, karna konflik ini masih erat terkaitannya. Mau tidak mau.

Baik, kenapa Suriah begitu seksi?

AKHIRNYA BAHAS SURIAH JUGA

Seorang teman dari Batusuya tetiba mengirim pesan ke saya, di dalam chat-nya ada link tiktok tanpa ada penjelasan. Seperti biasa saya risih meng-klik kiriman link yang tidak jelas, lalu saya tanya itu apa?, dia balas “Cerita Suriah”. Ternyata itu link konten kreator Indonesia yang membahas konflik Suriah dari ketinggian dengan latar pegunungan. Hanya sekitar 2 menit saya tonton video yang lumayan panjang itu, saya keluar dan membalas chatnya: “Salahhh

Sebelum chat teman ini, saya sudah menonton ulasan Mehdi Hasan dan Owen Jones tentang Suriah di platform miliki Mehdi, Zateo. Ulasan yang mngecewakan. Saya mengagumi Mehdi sejak menonton debat fenomenalnya di Oxford Union bertahun-tahun lalu. Saya mengenal - dan akhirnya juga mengagumi - Owen Jones sebagai salah satu debator ulung yang berdiri konsisten menentang genosida Israel di Gaza.

Senang sekali melihat kedua manusia ini duduk dalam satu frame diskusi, sebagaimana juga menyenangkannya melihat Mehdi dan Bassem Yousseff duduk semeja dalam seri pertama podcast We're Not Kidding milik Mehdi. 

Tapi ulasan Mehdi dan Owen itu mengecewakan. Dari semua video Mehdi yang saya tonton, baru dua video yang membuat saya kecewa. Pertama wawancaranya dengan Victor Gao soal politik internal dan hubungan internasional China dalam acara Head to Head Aljazeera Agustus 2024. Mehdi me-roasting Gao dan memaksakan cara pandang dunia Barat kepada sistem yang berlaku di China. Kedua ulasannya tentang Suriah bersama Owen.

Dan akhirnya saya memutuskan, sepertinya memang kita harus bicara soal Suriah. 

Negara yang sejak dulu diincar oleh negara Adidaya Barat ini pada tanggal 8 Desember 2024 kemarin akhirnya dikuasai. Incaran negara Barat ini bukan dugaan serampangan, CIA sendiri sudah merilis dokumen rencana tahun 1983 itu di website mereka.