Tuesday, December 31, 2024

KRISTEN: PEMBAJAKAN YANG MENGAGUMKAN

 

Adeeb Joudeh keluarga muslim pemegang kunci Gereja Suci (Holy Sepulchre) selama lebih dari 1000 tahun

Mendengar khotbah Dr. Munther Isaac yang bergelar PhD dalam moment Christmas Eve, 23 Desember tahun 2023 lalu bukan hanya menyentak sadarku. Tapi juga kesadaran dunia, bahwa ada sisi lain dari penderitaan warga Gaza. Sisi yang justru mengungkap akar nilai dari warga Gaza: JESUS.

Khotbah yang berjudul Christ Under the Rubble itu menampar dunia. “Jika Jesus lahir hari ini, maka ia akan lahir di bawah reruntuhan puing Gaza…”. Di atas mimbar gereja kota Bethlehem, kota kelahiran Jesus itu, Isaac mempertegas bahwa Jesus adalah warga Palestina, lahir ditengah penjajahan kerajaan Romawi, dan selalu berdiri disisi pihak yang terjajah.


Isaac tidak mengada-ada, Jesus memang warga Palestina. Benar, dia berdarah Yahudi namun Palestina sejak dulu adalah wilayah yang dihuni oleh beragam etnis dan kepercayaan. Nama Palestina awalnya muncul dalam catatan, Herodotus asal Yunani berjudul The Historian yang dipublikasikan pertama tahun 430 SM.

Berbeda dengan definisi Palestina dalam Bibel yang memiliki area lebih kecil, Herodotus merujuk Palestina mulai dari wilayah pesisir pantai, lalu pegunungan, hingga lembah dimana sungai Jordan membentang sebagai batas. Mungkin saja kalimat From the River to the Sea diambil dari catatan Herodotus ini.

CERITA GAZA - MIDWAY SEASON

 


Penerobosan Hamas ke dinding penjara yang dibangun Israel untuk mengurung Gaza selama 16 tahun menjadi titik awal cerita propaganda Israel untuk melancarkan agenda penghancuran Gaza. Saya masih ingat detil awal munculnya orkestrasi narasi berita di media-media mainstream Barat dengan nada serupa: UNPROVOKED ATTACK BY HAMAS, yang secara bebas bisa diartikan “Serangan Tanpa Alasan”.

Website resmi Gedung Putih Amerika dihari yang sama juga merilis pernyataan resmi mengutuk The Unprovoked Attacks oleh Hamas. Itulah fase pertama propaganda Israel yang didukung oleh Gedung Putih dan tayang headline di media-media mainstream. Kesan dari narasi ini adalah, Israel sedang duduk manis, lalu tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Hamas datang menyerang. Israel yang tak tahu apa-apa menjadi korban kebiadaban teroris Hamas.

Sunday, December 29, 2024

GAZA MENGURASKU

Satu tahun 2 bulan terakhir, bagi saya adalah rentang waktu terberat secara psikis. Gaza menguras emosi dan air mata. Benar, tidak pernah dalam hidup saya menangis sebanyak ini. Sekira 4 bulan saya mengupdate konflik Gaza setiap hari di semua story media sosial dan whatsapp. Setiap hari. Dan rutinitas ‘menangis’ itu juga mengikutinya, hampir setiap hari. Kadang lebih dari sekali sehari, tentu saja saat tidak ada mata lain disitu.

Sedih seringnya bukan datang dari video korbab bersimbah darah tapi dari kondisi anak-anak Gaza dan lebih sering lagi dari bangkitnya kesadaran masyarakat belahan dunia barat atas apa yang selama 76 tahun terakhir tidak terungkap atau enggan terungkap.

Tak cukup dengan story yang hanya bertahan 24 jam, saya juga memutuskan membahas soal Palestina di channel Youtube pribadi yang sudah menganggur selama 3 tahun sejak video terakhir. Ada 7 seri yang direncanakan akan dibuat secara mandiri yang menurut saya akan mengcover isu-isu utama tentang Palestina, materinya pun sudah siap. Seri pertama diambil di malam pertama Ramadhan (Maret 2024). Sayang, hingga pengujung tahun ini baru 4 seri yang terupload. Kendalanya komputer editing yang tidak mumpuni yang membuat tekad jadi fluktuatif.

Saturday, December 28, 2024

BERKENALAN DENGAN PALESTINA

 

Setahun lebih sejak 7 Oktober 2023 saya tidak melirik blog ini untuk bicara soal Gaza Palestina. Maaf, bukan 2023 tapi sejak 2010 saat blog ini merilis tulisan pertamanya. Dari 165 tulisan yang saya rilis dalam blog ini selama 14 tahun, tidak ada satupun tulisan khusus yang membahas Palestina.

Saya memang menghindari pembahasan Palestina secara spesifik di ruang-ruang publik online, meskipun pemantik awal saya tertarik membahas Geopolitik justru dari sepotong tanah para nabi ini.