Bank Dunia
atau bahasa kerennya World Bank dan IMF dari
dulu selalu dikecam oleh mayoritas kalangan aktifis mahasiswa juga LSM. Tapi
dosa apakah sebenarnya yang dilakukan Bank Dunia sampai begitu dibenci oleh
mereka yang mengaku aktifis.
Entah karena saya punya beberapa kawan di LSM dan berbekal baca kiri, baca kanan, menjadikan saya akhirnya tertarik membahas si bank pemberi kredit
terbesar di dunia ini. Mungkin juga karena saya bangga melihat Presiden Indonesia
yang begitu percaya diri berfoto bersama pemimpin dunia lain dalam KTT G-20 di Hamburg, Jerman beberapa hari lalu.
[Semoga alasannya nyambung]
Dengan kaca
mata serba minus, saya melihat kemunculan Bank Dunia sebagai bukti kejeniusan para
pakar ekonomi negara-negara barat. Saya hampir percaya mereka terlahir Prodigy dalam bidang keuangan. Seperti juga
Joey Alexander yang dinobatkan sebagai Prodigy
dalam musik Jazz.
Begini
bacaan kaca mata minus saya:
Tahun 1943,
dua tahun sebelum perang dunia berakhir, Amerika memunculkan ide untuk mengatur
sistem keuangan internasional. Satu tahun setelah itu Inggris menyambut baik
ide itu. Kedua negara ini kemudian menginisiasi pembentukan Bank Dunia dan IMF
lewat kesepakatan Bretton Wood 1944. Dua lembaga keuangan raksasa ini akan
menyediakan pinjaman bagi negara-negara yang ekonominya hancur karena perang.
Bayangkan
betapa jenius dan prodigy-nya para ahli ekonomi dua negara ini. Mereka seakan
punya indra ke enam yang bisa memprediksi bahwa perang dunia sebentar lagi akan
berakhir dan dunia pasti membutuhkan dana yang besar untuk membangun kembali
ekonominya. Dan memang benar, hanya berselang satu tahun, Perang Dunia II
berakhir, tepatnya tahun 1945 setelah Amerika menggunakan senjata nuklir untuk
menaklukkan Jepang dan juga membungkam Nazi Jerman dibawah pimpinan Hitler.
Alhasil, negara-negara
yang ekonominya hancur tertarik meminjam dana ke Bank Dunia dan IMF. Tujuan
utamanya menghilangkan kemiskinan di dunia. Sungguh mulia.
Saya sendiri
masih bingung di mana letak perbedaan dua lembaga keuangan ini, sebab
dua-duanya lembaga keuangan dan dua-duanya menyediakan pinjaman. Tapi yang
jelas keduanya lahir dari rahim yang sama, bahkan brojol-nya juga bersamaan.
Diawal
pembentukannya, Uni Soviet sebagai rekan sejawat dalam perang dunia II diajak
bergabung dalam rencana besar yang menggiurkan ini, tapi persoalan bagi-bagi
kuota membuat Uni Soviet merajuk. Pada tahun 1947 Uni Soviet bahkan menuduh
kedua lembaga keuangan ini sebagai perpanjangan tangan Wall Street, pusat
aktifitas keuangan Amerika. Ini mungkin moment penting yang menyebabkan Amerika
dan Uni Soviet pecah kongsi dan bermusuhan.
Sejak saat itu Perang
Dingin dimulai antara blok Barat dibawah pimpinan Amerika dan blok Timur yang
dikepalai Uni Soviet. Inilah perang intelejen paling massif dan fenomenal yang
pernah terjadi, CIA dan KGB berhadap-hadapan. Malang bagi Uni Soviet, tahun
1991 kekuatan besar ini pecah menjadi negara-negara kecil, menyisakan Rusia
yang masih mengusung semangat pendahulunya.
Negara-negara
pecahan ini pun akhirnya meminta pinjaman ke IMF, tentu syaratnya harus jadi
anggota baru dulu, dan harus tunduk pada senior. Termasuk Rusia, juga harus
rela merengek jadi anggota IMF. Terbukti kan, para ahli ekonomi, politik,
negara Barat itu sangat jenius.
Pemegang saham
terbesar di IMF ada 5 negara. Secara berturut-turut Amerika, Jepang, Jerman,
Inggris, dan Prancis. Secara kebetulan, 5 negara inilah yang menginisiasi Konferensi
G-20, dulu masih G-5. Ini hanya tambahan informasi saja agar ada alasan
mengatakan tulisan ini punya hubungan dengan Presiden Indonesia yang berfoto
dalam KTT G-20 di Jerman baru-baru ini.
Dalam penerapannya,
Bank Dunia dan IMF menetapkan syarat-syarat ketat bagi negara pengutang. Disinilah
mereka memainkan perannya untuk menguras kekayaan negara berkembang. Mereka mengatur
kebijakan-kebijakan politik dalam negeri negara penerima bantuan.
Lantas apakah
tujuan Bank Dunia dan IMF sudah tercapai?
Anggota Bank Dunia sudah mencapai 185 negara, namun sampai sekarang negara-negara berkembang masih dililit persoalan keuangan. Kemiskinan dan kelaparan masih merajalela. Rusia bahkan
mengalami krisis ekonomi hebat beberapa tahun setelah bergabung.
Syarat untuk menerima bantuan dibuat sedemikian rupa agar negara pengutang membuka pintu ekonominya bagi negara besar untuk masuk dan menghisap keuntungan. Kasarnya, negara donor menerima keuntungan ganda, pinjaman harus menguntungan mereka, dan negara pengutang juga harus melunasi utang itu.
Salah satu syaratnya adalah membebaskan produk mereka masuk tanpa bea dalam skema andalannya "Pasar Bebas". Industri dalam negeri yang masih merangkak menjadi sekarat karena harus berhadapan face to face dengan produk berkualitas harga murah dari dari luar. Pembangunan di negara peminjam ini juga harus melibatkan teknologi dan bahan baku dari negara donor.
Syarat untuk menerima bantuan dibuat sedemikian rupa agar negara pengutang membuka pintu ekonominya bagi negara besar untuk masuk dan menghisap keuntungan. Kasarnya, negara donor menerima keuntungan ganda, pinjaman harus menguntungan mereka, dan negara pengutang juga harus melunasi utang itu.
Salah satu syaratnya adalah membebaskan produk mereka masuk tanpa bea dalam skema andalannya "Pasar Bebas". Industri dalam negeri yang masih merangkak menjadi sekarat karena harus berhadapan face to face dengan produk berkualitas harga murah dari dari luar. Pembangunan di negara peminjam ini juga harus melibatkan teknologi dan bahan baku dari negara donor.
Mirip-mirip tengkulak
di desa-desa. Aktor utama di balik Bank Dunia dan IMF adalah tengkulak raksasa dan
paling kejam yang pernah ada.
Apakah semua
sumber pinjaman negara berlaku seperti itu? Sepertinya tidak, umumnya negara di
dunia memiliki utang bahkan Amerika sekali pun. Sumber dana bukan hanya dari
Bank Dunia dan IMF, masih banyak sumber pendanaan lain. Tapi sejauh ini keluhan
paling banyak disebabkan oleh kedua lembaga tengkulak tersebut.
Tahun 2013 Brazil,
Russia, India, China dan Afrika Selatan (BRICS) dikabarkan telah menginisiasi lembaga keuangan baru
yang akan menyaingi Bank Dunia dan IMF. Berharap saja semoga cara-caranya tidak
sekejam yang sebelum-sebelumnya.
Bagaimana dengan
Indonesia?
Sebulan setelah Soeharto berkuasa, Indonesia resmi menjadi anggota Bank Dunia, tepatnya April 1966. Satu tahun setelahnya pemerintah memunculkan Undang-undang Modal Asing (UU No. 1 Tahun 1967). Inilah pintu masuk perusahaan Amerika PT. Freeport masuk ke Timika, Papua.
Selanjutnya, Bank Dunia menggelontorkan hampir 300 juta US dollar untuk Indonesia hanya dalam waktu 3 tahun. Sumber Daya Alam Indonesia dikeruk habis-habisan, produk dan budaya barat mengalir deras tanpa bisa dikendalikan.
Puluhan tahun setelah itu Indonesia belum bisa keluar dari masalah kemiskinan. Korupsi dimana-mana, pinjaman jutaan dollar tak jelas larinya kemana. Indonesia pun jatuh pada krisis ekonomi parah tahun 1998. Bank Dunia telah gagal total.
Diawal pemerintahannya, Jokowi mengambil langkah berani. Tak sampai setahun setelah menjabat, Jokowi mengeluarkan pernyataan di depan 106 perwakilan negara peserta Konferensi Asia Afrika bahwa Bank Dunia dan IMF telah gagal. "Pandangan yang mengatakan persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan ADB adalah pandangan usang yang perlu dibuang," katanya.
Jokowi banyak menuai hujatan karena mencoba mendekati China dan Rusia. Berbagai tuduhan dilayangkan, mulai dari "Menggadaikan Negara" hingga berujung pada tuduhan PKI. Bagi saya - kalau mau jujur - pilihan kita ada dua: mendekat ke Amerika dan teman-temannya atau ke Rusia dan teman-temannya?
Sebulan setelah Soeharto berkuasa, Indonesia resmi menjadi anggota Bank Dunia, tepatnya April 1966. Satu tahun setelahnya pemerintah memunculkan Undang-undang Modal Asing (UU No. 1 Tahun 1967). Inilah pintu masuk perusahaan Amerika PT. Freeport masuk ke Timika, Papua.
Selanjutnya, Bank Dunia menggelontorkan hampir 300 juta US dollar untuk Indonesia hanya dalam waktu 3 tahun. Sumber Daya Alam Indonesia dikeruk habis-habisan, produk dan budaya barat mengalir deras tanpa bisa dikendalikan.
Puluhan tahun setelah itu Indonesia belum bisa keluar dari masalah kemiskinan. Korupsi dimana-mana, pinjaman jutaan dollar tak jelas larinya kemana. Indonesia pun jatuh pada krisis ekonomi parah tahun 1998. Bank Dunia telah gagal total.
Diawal pemerintahannya, Jokowi mengambil langkah berani. Tak sampai setahun setelah menjabat, Jokowi mengeluarkan pernyataan di depan 106 perwakilan negara peserta Konferensi Asia Afrika bahwa Bank Dunia dan IMF telah gagal. "Pandangan yang mengatakan persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan ADB adalah pandangan usang yang perlu dibuang," katanya.
Jokowi banyak menuai hujatan karena mencoba mendekati China dan Rusia. Berbagai tuduhan dilayangkan, mulai dari "Menggadaikan Negara" hingga berujung pada tuduhan PKI. Bagi saya - kalau mau jujur - pilihan kita ada dua: mendekat ke Amerika dan teman-temannya atau ke Rusia dan teman-temannya?
Sebelum menutup
tulisan ini, kaca mata minus saya sempat menangkap sesuatu yang janggal. Bagimana
bisa Jepang yang hancul lebur oleh senjata nuklir Amerika tiba-tiba jadi teman
akrab, Jerman yang dibombardir oleh Amerika dan Inggris juga akrab, sementara Uni Soviet rekan sejawat Amerika dalam Perang Dunia II tiba-tiba
bermusuhan, bahkan sampai sekarang dengan Rusia.
Saya juga
bingung.
Semoga tulisan ini berhasil membuat anda bingung.
Semoga tulisan ini berhasil membuat anda bingung.
Selamat berbingung
ria.
___
Café Jepa,
13 Juli 2017 [enak kopinya lee..]
Gambar dari sini