Semakin hari
politik nasional semakin seru.
Seru-seru
ngeri.
Ibarat main
catur, jika anda terancam, solusinya hanya dua, lindungi bidak catur anda, atau
serang balik dengan langkah yang lebih mematikan. Dalam permainan catur setiap
serangan ada counter attack-nya,
kecuali Skak Mat
Bayangan saya,
Jokowi sangat piawai memainkan bidak caturnya untuk menangkis (counter) serangan (attack). Saat SBY nyinyir di media sosial mengkritik kebijakan
Jokowi di awal pemerintahan, Jokowi memainkan langkah “Kuda” dengan mengunjungi
proyek Hambalang yang mangkrak.
Katanya: proyek
Hambalang yang menelan uang negara 2,5 triliun itu harus dievaluasi, bila perlu
dilanjutkan. Jokowi memang tidak pernah menyinggung SBY dan partainya, tapi
semua orang tahu, proyek tersebut mangkrak karena korupsi yang melibatkan
banyak kader partai SBY.
Alhasil, SBY
langsung tersinggung. Inilah langkah “Kuda” yang mematikan.
Kemudian,
saat SBY kembali cerewet mengkritik, Jokowi mengabulkan grasi Antasari Azhar. Tak
lama bebas, Antasari langsung mengungkit keterlibatan SBY dalam kriminalisasi
dirinya sebagai ketua KPK tahun 2009. SBY pun tak bisa berkata apa-apa. Skak Mat
Pada kesempatan
lain, saat lawan politik “berulah” menjelang pilkada DKI sampai membuat gonjang
ganjing dan meningkatkan sentimen intoleransi, bidak catur lain bergerak
menetralisir keadaan. Polisi membongkar Kasus
Makar dan Chat Mesum, kemudian disusul
kasus korupsi Alat Kesehatan yang
menjerat beberapa tokoh penting.
Serangan bertubi-tubi
membuat barisan pertahanan lawan kacau balau. Sebagaian bungkam karena mendekam
dalam tahanan, sebagian lagi melarikan diri ke luar negeri tak berani
menghadapi kasusnya. Ia - yang tak bisa
disebutkan namanya itu - dari luar negeri mengarahkan pasukannya untuk bertemu
Jokowi dan minta berdamai.
Selalu saja ada
langkah untuk mematahkan serangan.
Saat barisan
lawan yang tersisa masih saja berulah, secara kebetulan KPK menggenjot kasus korupsi E-KTP yang merugikan uang negara
2,3 triliun. Tidak main-main, sebanyak 38 orang termasuk anggota dewan yang terhormat diduga menerima uang rakyat secara tidak sah. Lawan politik pun shock dan
panik. Untuk menambah kepanikan lawan
yang hampir sempoyongan, diterbitkan lagi Perppu
tentang Ormas yang mengancam beberapa ormas intoleran. Sempurnalah serangan
itu. Skak-Ster
Dalam kepanikannya,
lawan politik mengambil langkah serangan balik yang tak terduga. Serangan balik
itu bernama Hak Angket. Uniknya, untuk
menangkis serangan balik ini, pemerintah tidak membutuhkan tenaga ekstra, masyarakat
sendiri bergerak menentang, karena serangan ini dinilai melemahkan KPK.
Kini, barisan
lawan seperti kehabisan akal. Semua serangan tumpul, berganti serangan balik
yang sangat merepotkan. Pemerintah pun bisa duduk santai sambil minum kopi dan bagi-bagi
sepeda. Amunisi cadangan sudah disiapkan, kalau-kalau ada bidak catur yang
berkhianat dan menusuk dari belakang.
Amunisi cadangan
itu bernama Reshuffle Kabinet.
Tapi yakinlah, ini belum Skak Mat
Tapi yakinlah, ini belum Skak Mat
___
Jepa Café,
15 Juli 2017