Beberapa saat sebelum memulai tulisan ini saya mencoba menelusuri kembali ingatan ketika pertama mengenal Reggae. Penelusuran itu berujung pada tulisan No woman No Cry di tembok, di meja atau bangku kelas Sekolah Dasar. Tapi itu hanyalah tulisan, meski itu adalah judul salah satu tokoh utama Reggae Bob Marley, tulisan tetaplah tidak berhubungan dengan musik apalagi Reggae. Kemudian saya mencoba mengingat kembali dan akhirnya sampai pada video klip lagu Amry Palu dan kelompok bandnya yang sering tayang di TV saat itu. Mungkin itulah perkenalan pertama saya dengan musik ini belasan tahun lalu. Saat itu masih sulit menemukan musisi Reggae di Indonesia.
Kini Reggae bukan barang baru bagi lagi. Komunitasnya bahkan tumbuh subur dihampir semua wilayah di negeri ini. Anda pasti masih ingat dengan sosok almarhum Mbah Surip yang sempat melejit menjadi artis terkenal karena komposisi Reggae-nya Tak Gendong Kemana-mana.
Musisi Indonesia yang tergabung dalam aliran Reggae diantaranya Tony Q, Steven & Coconut Treez, Gangstarasta, Shaggy Dog, Joe de Wine, Cozy Republik, Ras Muhamad, Imanez, Jawaika, Merapu, dan masih banyak lagi musisi lokal yang bermunculan di daerah. Tony Q bahkan telah membawa Reggae Indonesia ke dunia internasional.
Meski berasal dari Jamaika, Reggae mampu tampil sebagai salah satu genre yang memiliki tempat terhormat di dunia musik dari kemunculan awalnya hingga hari ini. Anda mungkin akan heran jika saya menyebut judul film Hollywood seperti Bad Boy atau I am the Legend yang diperankan Will Smith, atau The Beach yang diperankan Leonardo Dicaprio. Ya itulah beberapa contoh pengaruh Reggae hingga hari ini. Lagu Bob Marley menjadi soundtrack film Bad Boy, begitu juga lagu Redemption Songs dalam film The Beach, Will Smith bahkan menyanyikan lagu Three Little Bird-nya Bob Marley saat memandikan anjingnya dalam adegan I am Legend. Sementara pada lagu Don’t Matter, saya menduga penyanyi R&B, Akon mengutip potongan bait lagu Zimbabwe masih dari Bob Marley.
Di tahun 1974, musisi legendaries Eric Clapton tak ketinggalan mempopulerkan I Shot The Sheriff juga kepunyaan Bob Marley. Bagaimana dengan The Beatles, salah satu lagunya yang terpengaruh Reggae adalah Ob-La-Di, Ob-La-Da.
Lantas apakah sebenarnya Reggae, bagaimana aliran musik ini bisa berpengaruh dari The Beatles hingga ke Hollywood.
Asal
Banyak cerita tentang bagaimana Reggae lahir, tapi saya lebih sepakat dengan salah satu tulisan di kompasiana (lupa judulnya) yang menyebut bahwa “Sebenarnya tidak ada kejadian khusus yang menjadi penanda awal muasalnya, kecuali peralihan selera musik masyarakat Jamaika dari Ska dan Rocksteady”.
Ya, Reggae lahir dari pengembangan musik Ska dan Rocksteady yang juga berasal dari Jamaika. Beberapa tulisan menyatakan irama Ska yang cepat tidak cocok dengan situasi sosial politik masyarakat Jamaika yang mulai memburuk sejak euphoria kemerdekaan tahun 1962. Muncullah Rocksteady dengan tempo yang lebih lambat kemudian sekitar tahun 1968 muncul Reggae dengan tempo tidak jauh berbeda namun umumnya lebih lambat dari kedua pendahulunya.
Tahun 1968 disebut-sebut sebagai moment lahirnya musik Reggae. Kelahiran dan perkembangannya tidak bisa lepas dari peran tokoh utama pada masa itu seperti The Maytals, Derrick Morgan, Bob Marley, Peter Tosh, Prince Buster, Desmond Dekker atau Ken Boothe. Merekalah peletak batu pertama kelahiran Reggae. Grup band The Wailers, yang dibentuk oleh Bob Marley, Peter Tosh dan Bunny Wailer tahun 1963, menjadi band paling populer yang menjadi saksi peralihan 3 jenis musik di Jamaika (Ska, Rocksteady, Reggae).
Sebagian menyatakan Reggae bukan musik asli Jamaika namun berakar dari New Orleans R&B. Sebenarnya musik yang terpengaruh langsung oleh R&B adalah Ska. Jika ditarik lagi keakarnya, R&B berasal dari Blues dan Blues berasal dari musik tradisional masyarakat Afrika Barat yang menjadi budak di Amerika. Sulit menentukan keorisinilan suatu musik, karena salah satunya mempengaruhi yang lain. Menurut saya indikatornya adalah kelahiran sesuatu yang baru meskipun itu pengembangan adalah karya orisinil wilayah tersebut.
Jika ditarik lebih jauh kebelakang Reggae juga terpengaruh dari budaya tradisi masyarakat. Sebut saja Mento musik tradisional Jamaika, Jonkanoos tarian tradisional yang diiringi drum, hingga talking drums yakni teknik rumit menabuh drum yang konon berasal dari Afrika Barat.
Karakter
Reggae memiliki keunikan tersendiri dari dua aliran pendahulunya. Wikipedia menjelaskan, “Reggae…with obvious debts to both styles (Ska and Rocksteady), while going beyond them both”. Reggae adalah pengembangan dari dua aliran tersebut namun berkembang dengan cirinya sendiri dan akhirnya terpisah dari keduanya.
Sebenarnya saya tidak memiliki kapasitas untuk membahas secara teknis karakter musik ini. Tapi untuk melengkapi pemahaman dalam tulisan ini saya akan berusaha menginterpretasi secara sederhana penjelasan dari Wikipedia dan memberi contoh sekenanya berdasarkan interpretasi saya.
Secara teknis Reggae masih menggunakan teknik ritim gitar Ska yang mengocok gitar dengan cara terbalik (up-stroke) biasa dikenal dengan Skank. Namun Reggae menjadikannya lebih lambat dengan kombinasi down-up stroke diantara ketukan atau off-beat dalam istilah musik, yang menghasilkan gaya baru Double Skank. Teknik Skank atau Double Skank diantara ketukan (off-beat) ini selain menggunakan gitar biasanya juga menggunakan keyboard atau kombinasi keduanya.
Skank atau Double Skank biasanya berada diantara setiap ketukan, misalnya dalam lagu Coming in from the Cold milik Bob Marley. Jika kita menghitung ketukan lagu ini dalam 1-2-3-4 kemudian diulang lagi 1-2-3-4, maka Skank terdapat diantara setiap hitungan. Skank juga bisa berada setelah ketukan kedua dan ke empat, contohnya dalam lagu Bad Card milik Bob Marley. Mudah-mudahan contohnya tidak salah.
Ciri lain yang membuat Reggae mudah dikenal adalah pukulan drum yang rumit serta bas dan organ yang menonjol. Untuk lebih memudahkan kita menemukan ciri unik musik Reggae coba kita dengarkan beberapa komposisi Reggae dari Bob Marley berikut:
Permainan Bass: Hampir semua lagu Reggae menonjolkan khususnya pada lagu Lively up your self, could you be loved, atau Exodus.
Drum: sensasi unik drum dan bunyi-bunyian lain pada lagu Jamming membuktikan tingkat kerumitan yang lebih dibanding Ska, kenakalan drum juga dapat kita temui pada lagu I Shot the Sherif, One Love, Bebas Merdeka milik Steven & Coconut Treez, atau Republik Sulap milik Tony Q.
Keyboard: Coba perhatikan keyboard yang muncul dengan unik dan misterius pada lagu Coming in from the Cold, juga dominasinya pada lagu No Woman No Cry, atau komposisi Serenada milik Steven n Coconut Treez.
Selain tiga ciri diatas kadang Reggae juga berkombinasi dengan Saxophone atau trumpet seperti dalam Satisfy My Soul, Buffalo Soldier, atau Pesta Pantai, dan Bunglon milik Tony Q. Sensasi melodi Blues juga bisa dinikmati dalam lagu Roots Rock Reggae, dan bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika Bob Marley memainkan Lively Up Your Self bersama tokoh Blues BB King.
Satu lagi ciri khas lagu Reggae yang saya tangkap, yakni aksen Jamaika yang begitu kental baik dalam pengucapan maupun tata bahasa (grammar) Inggris. Coba perhatikan potongan lirik dalam Redemption Song milik Bob Marley berikut:
Old pirates yes they rob I
Sold I to the merchant ship
Minutes after they took I from the bottomless pit
Atau dengarkan aksen unik bahkan terkesan lucu dari Bob Marley dalam lagu Rat Race, Zimbabwe, atau Johnny Was.
Demikian ulasan saya tentang Reggae, tulisan terkait lain bisa anda akses untuk melengkapi tulisan ini.
Semoga bermanfaat.
_____
Bandung, 12 Desember 2012
Tulisan Terkait:
Reegae, Bob Marley, dan Rastafarian
Rastafarian dan Ajarannya