Saturday, December 17, 2022

WORLD CUP AND RACIST

 


Umumnya komunitas kulit Putih di Negara Barat mengidap rasis tanpa mereka sadari. Seberapa maju dan modernnya mereka, penyakit primitif itu tetap ada, sudah mendarahdaging. Bawaan orok kalo orang kita bilang.

Waktu Ukraina diserang Russia, media barat diprotes karna mengeluarkan pernyataan mengutuk serangan Russia dengan alasan: “karna Ukraina ada di Eropa bukan Asia dan Afrika,” seolah kekacauan di tempat lain selain Eropa itu wajar dan biasa saja.

Bulan Oktober lalu pejabat Uni Eropa, Josep Borrell dalam sidang Uni Eropa menyatakan

“Eropa adalah taman, sementara dunia lain adalah HUTAN belantara. Orang Hutan bisa menyerang taman… taman tidak harus membangun dinding  pembatas, tapi untuk menertibkan orang hutan, maka penjaga taman harus masuk ke hutan.“


Pernyataan ini banyak mendapat kritikan bahkan dari sesama anggota parlemen Uni Eropa. Sebut saja Mark Botenga yang mengkritik pernyataan Josep Borrell sebagai gerakan kolonialisme.

“Mereka yang hidup di Asia, Afrika, Amerika Latin mengingat dengan jelas bagaimana Eropa memperlakukan mereka seperti binatang, memperbudak, dan menyiksa mereka, bahkan memasukkan mereka ke kebun binatang. Olehnya jika pejabat tinggi Uni Eropa masih menyamakan mereka dengan Hutan Belantara, maka Uni Eropa masih mengidap penyakit kolonialisme.”

HIPOKRIT (Munafik)

Di Piala Dunia Qatar, negara barat mengkritik keras pemilihan Qatar sebagai tuan rumah dengan alasan negara ini tidak menghargai HAM terutama kebebasan LGBT dan perlakuan buruk kepada pekerja. Tanpa sadar warga kulit putih di Barat menunjukkan HIPOKRIT dan standar gandanya.

Heather McPherson anggota parlemen Canada mengkritik kebijakan internasional yang mengkritik pelanggaran HAM oleh suatu negara tapi diam dengan pelanggaran yang dilakukan oleh negara lain.

Mick Wallace, anggota parlemen Uni Eropa yang nyentrik juga mengkriti keras HIPOKRIT oleh negara-negara Eropa.

Kenapa Amerika tidak disebut teroris saat membunuh jutaan warga Iraq (2003), atau Israel yang meneror Palestina setiap hari, atau Prancis bersama Inggris, dibantu Arab Saudi dan UEA melakukan pembantaian di Yaman.

“Kapan kalian bisa sadar dan hidup di dunia nyata..?” teriak Mark.

Serangan ke Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia lebih bernada rasis ketimbang kritik. Awal November, salah satu media di Prancis merilis karikatur pemain pemain bola Qatar berwajah seram, berjanggut, dan membawa senjata. Padahal kalo mau jujur, Line Up pemain Prancis kebanyakan diisi kulit hitam.

Kritik keras terhadap HAM oleh negara barat baru dilakukan dalam dua event Piala Dunia terakhir ini (Russia 2018 dan Qatar 2022). Kritik seperti ini tidak pernah dilakukan sekeras ini sebelumnya. Padahal di Amerika dan beberapa negara Eropa kasus pelanggaran HAM sendiri belum tuntas.

Presiden FIFA Gianni Infantino menyerang balik negara Eropa dengan mengatakan: “apa yang kita lakukan selaku orang Eropa dalam 3.000 tahun yang lalu, kita berhutang permohonan maaf selama 3.000 tahun kedepan sebelum kita mengajarkan mereka tentang moral. Berapa banyak perusahaan Eropa yg mendapat untung triliunan dari Qatar dan Arab.”

Di luar serangan kritik kepada Qatar, fans bola dari seluruh dunia disambut dengan hangat oleh warga Qatar. Warga melakukan open house, nobar yang disediakan makanan dan minuman gratis. Beberapa mengatakan sambutan seperti ini tidak pernah mereka temukan di Piala Dunia sebelumnya.

Mantan Boss di Arsenal, David Dein bahkan menyatakan Piala Dunia kali ini adalah yang terbaik selama 15 kali piala dunia yang ia saksikan seumur hidup.

“Kita begitu cepat mengkritik tapi begitu lambat mengapresiasi,”

Saat pertandingan melawan Prancis di semi final, fans bola di negara Arab mendukung Maroko, sementara di beberapa negara Eropa, fans Maroko berkonflik dengan fans Prancis. Di Prancis sendiri seorang remaja Maroko belasan tahun meninggal dilindas mobil dalam konflik di malam semi final.

Malam ini akan ada partai perebutan peringkat ke tiga antara Maroko dan Kroasia. Lalu besok malam partai puncak antara Prancis melawan Argentina. Apakah perlakuan rasis itu masih akan muncul.

Kalo itu sudah mendarah-daging saya yakin masih akan ada.

___

Palu, 17 Des 2022

2 comments: