Friday, April 1, 2022

BA BLUES 13: BERHASIL INTIM


Ibadah shalat Isya belum lama usai, aktifitas Café Aweng Auk  di kawasan Religi kota Palu ini terlihat konstan. Dua, tiga orang pelayan mondar mandir melayani pelanggan yang duduk santai bersama kolega atau mungkin keluarga.

Di sisi timur berbatasan dengan pagar, seperangkat alat musik sudah tersusun di tempat live musik, membelakangi jalan raya Sis Aljufrie. Beberapa saat lagi gelaran Ba Blues yang ke 13 akan dimulai. Dekat pintu masuk terletak sebuah meja yang dikelilingi Tuan Rumah Ba Blues, para penggagas pagelaran malam itu.


Pengunjung mulai berdatangan, memenuhi meja yang disusun hanya beberapa meter dari lokasi live performance. Auk, sang pemilik tampak santai ngobrol bersama para penggagas lalu sesekali menyapa pengunjung yang tampak seperti bukan orang lain.

Itulah keunikan dan kekuatan suasana pertemuan di kota kecil ini, sangat hangat, kemungkinan orang-orang saling kenal satu sama lain sangat besar. Dan memang itu yang diinginkan Auk sang pemiliki Café dan penggagas event. Sebuah pertemuan silaturrahmi musisi kota Palu dan interaksi hangat bersama penonton.

Tak lama kemudian Veky and Friend mengambil posisi, Arul yang bertindak sebagai pembawa acara langsung menyapa santai penonton. Mencairkan suasana dengan sapaan dan joke yang ‘sangat Palu’, lebih tepatnya ‘sangat Boyaoge’ dengan aksen ana, ente, zen, rajal, harim, dan kosa kata Arab gaul lainnya yang sangat akrab di telinga orang Palu.

Pertunjukan dimulai penonton bertepuk tangan. Setiap akhir lagu Arul kembali mengocok penonton dengan joke-nya. Berjalan diantara kursi-kursi pengunjung, lalu sesekali menyapa Auk sang pemilik Café. Suasana intim berhasil dibangun, pengunjung tak merasa berjarak. Musisi tidak tampil di atas menara gading yang wah dan susah dijangkau. Sebaliknya musisi dan penonton membaur hangat. Iconk sang vokalis dan Veky sang gitaris bertukar memasuki area penonton, menembus batas kesakralan panggung.

Setelah sesi awal, Arul kemudian memandu diskusi soal Hak Cipta dalam bermusik dan bagaimana Royalti bisa memberi manfaat kepada seniman musik agar terus berkarya. Musisi Palu, Ipank Tobaraka membawakan lagu Blues Utakelo karya Ali Smid yang saat itu memegang Bass.

Setelah sesi diskusi, vibe pertunjukan merangkak naik, dari Ba Blues ‘yang tak melulu Blues’ ke lagu yang memang kental dengan Blues dan progresi 12 bar. Have I Told You Lately-nya Rod Steward, Give Me One Reason-nya Tracy Chapman, When a Man Loves a Woman-nya Percy Sledge yang saya kenal dari James Brown, hingga Come Together-nya The Beatles.

Warna vocal Iconk yang agak berat dan serak bergantian dengan vocal Eci yang segar dan manis. Di belakang, Veky mahir memainkan emosi pengunjung dengan lick pentatonic, tabuhan drum dari Pay, lentingan Keyboard dari Ivan Lamale, dan petikan bass dari Hanif sukses membuat malam itu groovy


Suasana bertambah meriah saat Arul mengundang Sisi di kursi pengunjung untuk bernyanyi, lagu Berharap Tak Berpisah-nya Reza Artamevia sukses membuat hampir seluruh pengunjung bergoyang. Lagu lawas Esok Kan Masih Ada-nya Utha Likumahua juga tak ketinggalan mengalun. Seperti juga lagunya Reza, Rame-Rame-nya Utha Likumahua yang belakangan dipopulerkan lagi oleh Glen Fredly berhasil menggoyang pengunjung Café Aweng Auk. Klimaks ini ditutup dengan beberapa lagunya Jon Bon Jovi yang dibawakan oleh vocal musisi senior, Joko.



Pengunjung puas, keintiman yang tak didapatkan dalam pertunjukan musik lain. Menurut Adi Tangkilisan, salah satu penggagas Ba Blues, event ini memang ditujukan untuk membangun silaturrahmi musisi Palu yang makin kesini makin berjarak. Blues dipilih karna musik modern tak bisa lepas dari akar blues, meski pertunjukannya ‘tak melulu Blues’.

Baca Juga: BA BLUES

“Seperti juga industri lain, musik juga membutuhkan ekosostem untuk tumbuh, ini mestinya dikeroyok, semua harus saling terhubung agar kita bisa mengorbitkan musisi kota Palu yang secara kemampuan bisa bersaing dengan musisi tanah air lainnya. Banyak harapan yang ingik kita bangun dari event sederhana ini” kata Adi Tangkilisan.


Palu, 1 April 2022

Dokumentasi Pribadi

1 comment: