Sebagai pengamat amatiran sebenarnya saya agak risih membahas Geopilitik, tapi apa boleh bikin kalau sudah kadung cinta.
Seperti penggemar Liga Inggirs yang untuk kelas club bola daerah saja tidak tergabung sebagai pengurus maupun pemain tapi fasih membahas pertandingan, trik-intrik dalam club dan prediksi-presiksinya. Begitulah kalau sudah terlanjur cinta.
Bicara konflik Ukraina - Rusia kita terpaksa akan banyak bicara sejarah masa lalunya (topik yang saya suka) dan kepentingan saat ini khususnya NATO.
Saat Perang Dunia 1 pecah tahun 1914 - 1918 ada dua kekuatan yang berhadap-hadapan: Rusia, Prancis, Inggris berhadapan dengan Jerman, Austria-Hungaria, Italia.
Tiga melawan Tiga.
Itulah awal perang dunia 1 yang kemudian meluas dan melibatkan lebih banyak negara. Konflik paling mematikan yang menewaskan lebih dari 9 juta orang di medan tempur.
Saat PD 1 sedang berlangsung, di dalam negeri Rusia terjadi pemberontakan pengikut Marxis yang tergabung dalam Bolshevik pimpinan Vladimir Lenin. Inilah cikal bakal terbentuknya Uni Soviet tahun 1922, negara terbesar yang pernah ada.
Ukraina menjadi satu dari 4 negara yang melebur kedalam Uni Soviet diawal pembentukannya. Lalu Uni Soviet berkembang terus hingga meleburkan total 15 negara kedalamnya, termasuk Kazakhstan dan Uzbekistan.
Lalu Perang Dunia 2 pecah tahun 1939 - 1945. Kekuatan yang berhadap-hadapan adalah negara 3 Fasis: Jerman, Jepang, Italia versus Tentara Sekutu: Uni Soviet (di dalamnya ada Rusia dan Ukraina), Amerika, Inggris. Perang ini dimenangkan oleh Sekutu.
Pasca PD2, muncullah dua kekuatan besar di dalam kubu Sekutu: Amerika cs (Blok Barat) dan Uni Soviet (Blok Timur). Tiga serangkai As, Inggris, Prancis membentuk Bank Dunia dan IMF tahun 1944 yang akan menjadi kekuatan ekonomi, lalu membentuk NATO tahun 1949 sebagai kekuatan militer bersama.
Mulailah adu kekuatan Blok Barat dan Blok Timur yang dikenal dengan Perang Dingin 1947-1991.
Uni Soviet bersama negara komunis lain seperti China dan beberapa negara Amerika Latin gagal membentuk aliansi kuat untuk menyaingi Blok Barat. Uni Soviet sempat membentuk Pakta Warsawa di Polandia tahun 1955 sebagai tandingan NATO namun bubar seiring runtuhnya Uni Soviet.
Uni Soviet bubar pada tahun 1991, lalu Ukraina dan negara-negara lain memisahkan diri menjadi negara sendiri.
Meski Perang Dingin berakhir seiring runtunya Uni Soviet, namun faktanya Rusia yang dulu menjadi pusat Uni Soviet masih menjadi kekuatan besar yang disegani Blok Barat.
Tahun 1992 Rusia membentuk Collective Security Treaty Organization (CSTO) sebagai pengganti Pakta Warsawa untuk menandingi NATO. Ada 6 negara yang tergabung di dalamnya.
Perjanjiannya adalah aliansi militer NATO tidak boleh masuk ke wilayah Timur dan itu disepakati bersama. Kekhawatiran ini sangat beralasan karna negara yang tergabung dalam NATO harus mengizinkan wilayahnya dibangun pangkalan militer yang di dalamnya pasti ada Amerika (musuh traditional-nya Rusia).
Dan jika NATO semakin besar, maka tidak ada satu pun kekuatan militer yang akan menandingi mereka.
Faktanya, satu persatu negara yang berbatasan langsung dengan Rusia sudah bergabung dengan NATO. Kondisi ini sangat mengancam Rusia karna praktis negaranya sudah dikelilingi pangkalan udara NATO, yang lagi-lagi ada Amerika di dalamnya.
AWAL MULA UKRAINA - RUSIA
Konflik ini berawal penolakan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych untuk kerjasama dagang dengan Eropa karna selama ini mereka punya hubungan kerjasama yang baik dengan Rusia.
Meskipun sudah menjadi negara sendiri, penduduk Ukraina banyak yang berbahasa Rusia dan budaya Rusia. Penolakan ini rupanya menuai protes, maka muncullah Revolution of Dignity (Revolusi Martabat) tahun 2013. Presiden Viktor Yanukovych dilengserkan lewat Impeachment, lalu terbang ke Rusia.
Buntut dari kejadian ini, Rusia mencaplok Semenanjung Krimea pada tahun 2014, di mana perang heroik antara Soviet melawan Nazi berlangsung di kota Sevastopol (difilmkan dalam Battle for Sevastopol).
Pemerintahan baru melakukan operasi militer di provinsi yang beretnis Rusia khususnya di wilayah Donbass, menyebabkan gelombang pengungsi banyak menyeberang ke Rusia.
Negara Barat (NATO) tampak mensponsori dan meyakinkan Ukraina untuk melawan Rusia. Dengan alasan konflik inilah Amerika dan Inggris menempatkan tentaranya di Ukraina dengan alasan menjaga perdamaian.
Melihat manuver NATO di Ukraina Rusia akhirnya mengambil langkah tak terduga: menandatangani dekrit untuk mengakui kemerdekaan Republik Donetsk dan Republik Luhansk pada Senin pagi 21 Februari 2022 (4 hari yang lalu). Keduanya berada di wilayah Donbass yang selama ini dilakukan operasi militer oleh Ukraina.
Donetsk dan Luhansk pun dinyatakan merdeka dari Ukraina, jalan-jalan di kedua wilayah ini dipenuhi konvoy dan pekik kemerdekaan.
Lalu pada Kamis kemarin 25 Februari, Putin mendeklarasikan operasi militer untuk melindungi Republik Donetsk dan Republik Luhansk. Alasannya karna kedua negara baru ini meminta bantuan Rusia untuk mempertahankan wilayahnya dari operasi militer Ukraina.
Nah, kita tinggal melihat, apakah NATO akan turun tangan lewat dukungan militer kepada Ukraina sebagai calon anggota yang sudah lama didambakan, atau hanya memantau dari jauh.
Jika NATO melakukan pergerakan militer, bagaimana dengan aliansi CSTO yang beranggotakan 6 negara, apakah mau membantu Rusia. Bagaimana dengan China, Iran, dan Korea Utara yang menjadi karib Rusia diluar CSTO.
Peta geopolitik khusus Timur Tengah yang saya buat 2020 |
Jika negara-negara ini terjun ke medan tempur bisa dipastikan itulah yang disebut Perang Dunia 3. Namun jika konflik bisa dilokalisir hanya antara Rusia dan Ukraina (juga negara baru di Donbass yang di dukung Rusia), maka Perang Dunia 3 tidak akan terjadi.
Let’s wait and see
___
Palu, 25 Februari 2022