Serasa baru
kemarin saya menulis tentang pentingnya menjaga kewarasan dalam tahun politik
ini. Tulisan itu saya posting awal tahun ini. Dan kekhawatiran itu pun
terbukti.
Isu SARA
saat ini menjadi hangat bahkan panas. Ngerinya lagi, isunya bukan cuma SARA
tapi berkolaborasi dengan PKI. Di tulisan sebelumnya saya berpikir kedua isu ini
akan menjadi senjata politik yang terpisah, namun pengusung isu ternyata lebih
kreatif. Kedua isu sensitif ini ternyata bisa berkolaborasi.
Begini
rentetan kejadiannya:
Baca Juga: TAHUN 2018: SAATNYA MENJAGA KEWARASAN
Menjelang
akhir Januari lalu Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah, Desa
Cicalengka Kulon, Bandung, KH Umar Basri bin KH Sukrowi dianiaya seorang tak
dikenal hingga tak sadarkan diri. KH Umar Basri diserang saat melakukan Wirid
seusai shalat Subuh.
Di awal
Februari, hanya berselang beberapa hari dari kejadian di Cicalengka, Ustad H.
Prawoto tokoh Pengurus Pusat Persatuan Islam (PP Persis) di Kelurahan
Cigondewah Kaler, Kota Bandung, juga dianiaya, kali ini hingga tewas.
Tanggal 10
Februari, seorang biksu bernama Mulyanto Nurhalim diusir dari kampungnya
sendiri Desa Babat, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Banten oleh
sekelompok warga.
Selang
sehari, yakni 11 Februari, gereja St Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta diserang orang tak
dikenal menggunakan senjata tajam pada minggu pagi saat jemaat gereja sedang
ibadah. Aksi itu melukai para jemaat dan Romo Karl Edmund.
Setelah itu
media sosial pun bekerja.
Di Whatsapp beredar informasi terkait rencana penyerangan terhadap KH Endang Darwis di Ponpes Miftahul Jannah, di Desa Sukamakur, Karawang. Setelah diusut, ternyata tidak ada nama KH Endang Darwis disana, bagaimana bisa?
Di Whatsapp beredar informasi terkait rencana penyerangan terhadap KH Endang Darwis di Ponpes Miftahul Jannah, di Desa Sukamakur, Karawang. Setelah diusut, ternyata tidak ada nama KH Endang Darwis disana, bagaimana bisa?
Di Whatsapp
juga beredar kabar seseorang telah membunuh muadzin di Majalengka, Jawa Barat. Sumber
kabar tersebut ternyata dari facebook seorang dosen aktif berhijab. Ia adalah
dosen Bahasa Inggris di salah satu Universitas di Yogyakarta. Info Hoax di akun
facebooknya sudah dibagikan lebih dari 7 ribu kali. Dosen tersebut saat ini
telah ditangkap oleh polisi. Alhamdulillah.
Di Bekasi heboh dengan isu video penyerangan orang gila terhadap seorang ulama bernama
Ustad Ridwan Dzakir di Desa Karang Satria, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten
Bekasi. Seorang perempuan dalam video tersebut berkata “sekarang sedang musim
PKI.”
Di facebook,
muncul halaman PKI dengan berita provokatif yang seolah-olah PKI sedang
bangkit. Padahal kalau ditelusuri, asal foto-foto yang diperlihatkan tidak ada
hubungannya dengan kebangkitan PKI di Indonesia. Halaman lain berjudul Mak Lambe Turah, berusaha membongkar kebohongan halaman PKI tersebut.
Kemana kegilaan ini berujung?
Apa ada yang cukup waras untuk menebak?
Ini ibarat DEJAVU. Seperti CLBK (Cerita Lama Bersemi Kembali). Dulu ada majalah obor-oboran, yang isinya kompor-komporan. Bedanya dulu isu PKI yang dia angkat tidak berhasil karena isu agamanya belum digarap serius. Tahun ini sepertinya ada garapan yang lebih serius, sampe memunculkan korban.
Tapi kita patut bersyukur, baru-baru ini polisi telah menangkap 5 orang penyebar hoax bertema pembantaian ulama dan kebangkitan PKI. Mereka tergabung dalam kelompok Muslim Cyber Army (MCA) yang tersebar di berbagai daerah. Mau tau salah satunya di daerah mana? Di kota Palu, kota kecil tempatku lahir dan besar.
Apa ada yang cukup waras untuk menebak?
Ini ibarat DEJAVU. Seperti CLBK (Cerita Lama Bersemi Kembali). Dulu ada majalah obor-oboran, yang isinya kompor-komporan. Bedanya dulu isu PKI yang dia angkat tidak berhasil karena isu agamanya belum digarap serius. Tahun ini sepertinya ada garapan yang lebih serius, sampe memunculkan korban.
Tapi kita patut bersyukur, baru-baru ini polisi telah menangkap 5 orang penyebar hoax bertema pembantaian ulama dan kebangkitan PKI. Mereka tergabung dalam kelompok Muslim Cyber Army (MCA) yang tersebar di berbagai daerah. Mau tau salah satunya di daerah mana? Di kota Palu, kota kecil tempatku lahir dan besar.
Di tahun-tahun
politik yang urgen seperti ini, kabar beredar semakin liar. Dan anehnya, pembaca
di negeri ini juga tak kalah liarnya. Membagikan informasi tanpa melakukan cek
dan ricek terlebih dahulu. Minimal mencari informasi tersebut di google, apakah
benar atau hoax. Sadarkah mereka betapa besar konsekuensi yang mereka pertaruhkan.
Begitulah,
kewarasan menjadi sangat mahal ditahun-tahun seperti ini.
Saya pun hanya
bisa berkata:
“Come on, please, waraslah, ini baru bulan
Februari bro…!!!
Pilpres masih jauh, Hoax masih akan lebih dahsyat lagi menjelang Pilpres nanti,”
Pilpres masih jauh, Hoax masih akan lebih dahsyat lagi menjelang Pilpres nanti,”
___