Masih ingat 2014 kemarin?
Itulah tahun
pertarungan politik paling panas sejak pemilihan langsung presiden sepuluh
tahun sebelumnya. Bahkan suhu panas sudah berlangsung sejak 2013. Saling serang
antar kedua pendukung yang head to head
tak terhindarkan. Amunisi terlarang pun keluar: isu SARA yang dibungkus HOAX.
Sudah SARA,
HOAX pula.
Atas nama
KEKUASAAN, masa depan keutuhan bangsa, sadar atau tidak, sedang dipertaruhkan
saat itu. Isu ini sangat sensitif
dan bisa memicu konflik berkepanjangan yang sulit untuk diredupkan, olehnya isu SARA menjadi senjata terlarang dalam demokrasi seperti di Indonesia.
Baca Juga: Pemilu Presiden dan Adab Perang
Sekarang kita
memasuki tahun politik 2018. Selain Pilkada serentak, tahun 2019 mendatang untuk pertama kalinya juga akan
berlangsung Pileg dan Pilpres secara serentak.
Ini akan
jadi tahun politik yang panas, lebih panas dan lebih mengkhawatirkan dibanding
5 tahun lalu. Tanda-tandanya sudah mulai terlihat dari rentetan kejadian dan kemunculan isu hangat di media sosial dan
di warung-warung kopi belakangan ini.
Isu-isu seperti:
Anti Islam
Ulama
Terzalimi
PKI
Aseng
(China)
Hampir dipastikan akan
jadi isu utama yang mengemuka dan lebih massif lagi diperbincangkan ditahun
politik ini. Bagi mereka yang memiliki kepentingan politik, Isu ini sengaja ditumbuh-kembangkan
serta dirawat jauh-jauh hari agar bisa dituai hasilnya menjelang Pemilu 2019 nanti.
Selain isu
tersebut, akan banyak isu pendukung lainnya seperti Utang Negara,LGBT, dan isu-isu
lain yang dikelolah sedemikian rupa untuk diarahkan kesatu titik yakni lawan politik.
Dengan kondisi
ini, saya hanya mau mengingatkan, jika tidak berhati-hati konflik besar bisa pecah kapan saja. Keutuhan
bangsa ini sangat mahal jika hanya ditukar dengan nafsu kuasa.
Di awal
tahun ini saya berharap kepada semua agar TETAP WARAS. Siapapun calon anda, apa
pun partai anda, tetaplah WARAS.
Jelilah melihat
sesuatu.
Karena sekali
bangsa ini tercerai berai oleh SARA, butuh waktu berpuluh tahun untuk sembuh.
Selamat
Datang 2018...
Saatnya kita waras dan was-was.
Saatnya kita waras dan was-was.
____