Saya serius menulis judul saya di atas. Akhir-akhir ini saya agak prihatin dengan anggota dan simpatisan MUI dan FPI. Kemarin mereka dengan garang turun ke jalan, berteriak lantang bak panglima gagah berani di medan tempur. Lihat saja aksi 411, 212, dan aksi-aksi lain dengan format-format angka yang unik dan kreatif. Bersama Imam Besar, mereka sukses besar.
Namun hukum Newton 3 tampaknya berlaku, kini situasi berbalik menekan mereka. Niat kuat memenjarakan Ahok kini jadi blunder. Aksi menuntut pembubaran FPI meningkat. Di Jawa Timur, massa tidak mengizinkan Rizieq sang Imam Besar FPI berkunjung kesana. Sang Imam Besar pun terjerat kasus penghinaan Pancasila. Statusnya bahkan sudah jadi tersangka. Belum lagi sekitar 8 kasus mengantri untuk menjerat sang Imam.
Dalam sidang Ahok, saksi dari FPI juga melakukan blunder sendiri. Sebagian bahkan dilaporkan atas tuduhan saksi palsu dipersidangan. Tolong kawan jangan terlalu keras pada mereka. Mereka juga manusia, bisa tergelincir dan melakukan kesalahan.
Baca Juga: Ahok dan Perkelahian Dalam Kelas
Kabar terakhir makin mengejutkan, kelompok hacker Anonymous berhasil membongkar perselingkuhan sang Imam dengan Firza muridnya sendiri. Screenshot percakapan mesum keduanya beredar luas diinternet khsusnya youtube. Sang Imam membantahnya begitupun sang murid yang sudah ditangkap dalam kasus dugaan Makar. Duh, semoga mereka diberi kekuatan dan hidayah dalam menghadapi cobaan ini.
Di kubu MUI, beberapa elemen masyarakat keberatan dengan fatwa MUI yang disinyalir jadi semacam restu bagi sebagian kelompok untuk melakukan kekerasan atas nama agama. Ketua MUI berusaha mengklarifikasi bahwa fatwa bukanlah hukum positif yang mengikat semua lapisan masyarakat. Tapi nasi sudah menjadi bubur, aksi sweping terjadi dimana-mana.
Inilah resiko jika terlalu banyak agenda yang nebeng di belakang perjuangan. Gerakan jadi tidak fokus. Ibarat banteng yang mengamuk tanduk sana tanduk sini, akhirnya kecapean sendiri.
Sebaliknya pemerintah terlihat sangat tenang. Presiden Jokowi yang sangat ingin diteriaki Anj*ng dalam aksi 411 bahkan sempat ikut kejuaraan memanah di Bogor. “Baik untuk melatih konsentrasi dan fokus pada target” katanya.
Saya berharap mereka juga bisa bersantai seperti itu, mengendurkan saraf yang lebih sering tegang dengan berlatih memanah mungkin, atau berkuda.
Sekali lagi tolong jangan terlalu keras pada MUI dan FPI kawan.
Mereka sudah lelah berjuang untuk menyerang, sekarang mereka harus berjuang lagi untuk bertahan. Pak Ma'ruf Amin pun mengakui dalam sidang Ahok bahwa mereka mengeluarkan fatwa karena tekanan masyarakat.
Mungkin juga karena terlalu lelah di Indonesia, Istibsyaroh, pejabat MUI dan rekan-rekannya refreshing ke Israel di awal 2017 ini. Dari foto mereka bersama presiden Israel yang tersenyum manis tampaknya tekanan itu sedikit hilang.
Saya yakin, pak Ma'ruf Amin, pak Rizieq sang Imam Besar dan kawan-kawannya saat ini sangat membutuhkan kopi. Kopi kawan, bukan kritikan atau tekanan, tolonglah. Bahkan dalam mobil Pajero Sport harga 400an juta pun sang Imam masih akan butuh kopi.
Sementara itu disini saya akan melanjutkan membaca buku IMAMAH, sistem pemerintahan Syi’ah, kelompok yang katanya kafir itu. Tapi justeru di kelompok merekalah istilah ‘Imam Besar’ itu dikenal.
Selamat sore kota Palu, mari ngopi
Baca Juga: Saya Suka Ahok, Itu Saja!
Palu, 1 Februari 2017
Gambar dari liputan6.com