Deretan lampu memantul di permukaan air, jauh di bawah sana
Akankah mereka bersaksi?
Di belakangnya ribuan lagi berkedip
Mungkinkah mereka bertasbih?
Seribu
Bukanlah satu
Tapi
Satu
Ribu
Apakah aku merugi?
Ataukah perhitungan ekonomi ku yang buruk?
Langit di atasku gelap, tak ada kedip
Malam begitu tenang, bahkan hikmad
Inikah yang ia rasakan saat itu
Memandang kerlip peradaban di bawah, dari tempatnya bersemedi
Sehikmad inikah malam dimana ia ketakutan, lari, sembunyi, dan menggigil
Bumi berhenti bernafas katanya
Ah entahlah
Aku bukanlah dia
Tak pernah ku lakukan ritual semedi 40 malam
Hanya sesekali mencoba berdialog dengan malam
Mencoba merenungi pilihan-pilihan sendiri, kesadaran sendiri
Lagi pula aku masih berhutang ratusan fakir yang mesti diberi makan
Ya, aku pasti merugi
Berdasarkan hitung-hitungan yang diberitakan
Sebegitu ekonomiskah Dia menghitung baik-buruk?
Jika begitu
Semoga Ia menuntunku untuk mendapat seribu di tahun depan
Karena
Satu
Bukanlah seribu
___
4 Agustus 2013
25 Ramadhan 1434
Depan Kampus STIA Lagarutu
Ilustrasi: urbaners.blogspot.com