Friday, July 6, 2012

Dongeng Perjalanan


Dulu aku pernah mendengar dongeng tentang putri yang tertidur ratusan tahun. Maka izinkan aku mengingatkan dongeng ini di awal tulisanku. Kisah putri cantik jelita yang terkena kutukan penyihir jahat.



“Jalur 5”

kata petugas stasiun kereta api Bandung saat ku tanyakan kereta yang menuju Jakarta malam ini. Jarum jam di tanganku menunjukkan 7.32, sempat terpikir tak adalagi kereta yang berangkat ke Jakarta di jam seperti ini.

Eks – 2 / 11C. Itu dia, deretan ketiga dari depan. Aku akhirnya menemukan kursi ku setelah melewati beberapa koridor gerbong. Ini kali pertama aku naik kereta Bandung – Jakarta, bukan sesuatu yang luar biasa memang, sebab ini kali kedua ku menginjakkan kaki ditanah Paris Van Java, tanah berdiamnya para Mojang Priangan nan Geulis. Kepalaku liar berputar mengikuti keinginan mata, belum banyak kursi yang terisi, dari jendela tampak suasana sepi diluar gerbong. Ku raih tas Daypack kusamku. Tak jadi, ku urungkan niat mengeluarkan kamera DSLR yang baru kubeli tiga hari lalu. Tak ada objek menarik. Tak ada alasan kuat untuk mengeluarkannya.

“Permisi mas”

Penumpang lain datang. Rupanya Chairmate ku.

“Mari mbak, silahkan”

Penumpang lain terdengar mulai berdatangan, kepala ku enggan berpaling ke belakang, tak senakal tadi, saat aku masih sendiri dikursi ini.

“Perjalanan ke Jakarta berapa jam ya?”

“Tiga jam”

“Mas dari Jakarta?” sambungnya.

Percakapan kami dimulai, aku yang pertama berinisiatif.
Pada titik akhir topik, aku diam, ia pun sama, tak ada lagi cela untuk memulai topik baru.

***

Kereta mulai berjalan. Diluar tak ada objek menarik untuk menghibur perjalanan panjang ini. Gelap, titik-titik lampu kecil yang jarang-jarang tampak membias karena laju gerak kereta.

“Dee ya?” kembali aku berinisiatif, merujuk ke buku yang ada ditangannya.

“Iya”

“Ini seri yang mana?”

“Petir”

Dan basa-basi pun kembali bergulir. Yang namanya basa-basi, tak pernah jelas arahnya, dan memang susah memperjelas topik pembicaraan dengan orang yang baru anda kenal. Ah, aku berpikir akan lebih tidak jelas lagi jika kedekatan kurang dari 10 centimeter ini dilewati dengan diam, selama tiga jam pula.

Dee, Madre, Filosofi Kopi, Ayu Utami, Saman, Larung, Hachiko, Kos-kosan, Bromo, Backpacker, semua bercampur aduk. Ia tertairk bertanya tentang aktifitasku, aku malah ingin bertanya lebih jauh tentang koleksi bukunya. Namanya juga basa-basi.

Dan titik buntu itu kembali menghadang.

Aku menguap beberapa kali, sudah beberapa malam ini aku begadang semalaman menyusuri kanal-kanal penjualan aksesoris kamera online. Ia pun menguap, juga beberapa kali, namun masih menatap baris-baris kalimat dalam buku ditangannya.

Aku tertidur.

***

Menurut legenda, putri tertidur hanya bisa dibangunkan oleh pangeran tanpan nan baik hati yang menciumnya. Aku tak bertemu putri itu dalam mimpiku, namun aku menemukannya saat terbangun.

Sang Putri, dengan gaun merahnya yang anggun tampak hikmad tertidur. Tak ada tanda-tanda sang pangeran akan datang membangunkannya. Semua penghuni istana ini tampaknya kelelahan, dan tertidur.

Kembali ku raih tas Daypack kusamku. Kali ini ada alasan kuat untuk mengeluarkan kamera DSLR yang baru kubeli tiga hari lalu. Ada objek. Dan menarik.

***

Tak ada yang tahu siapa dan kapan sang pangeran akan datang mengakhiri kutukan penyihir jahat. Tapi aku tak ingin kameraku bertindak sebagai pangeran.


Kupalingkan pandanganku keluar jendela. Masih sama. Titik-titik lampu kecil yang jarang-jarang masih tampak membias karena laju gerak kereta. Senyum kecilku tertahan. Ku rebahkan berat badanku disandaran kursi.

Bandung nan Geulis, dan perjalanan perdana yang berkesan.
___
Indomaret, Gambir-Jakarta
06, Juli 2012 (1.22 am)
Ojan


* Geulis = cantik (Sunda)
   Paris Van Java = Julukan kota Bandung
Gambar dari sini
buat Meta, Sory ya, ngambil gambar gak pamit dulu… hehe…
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment