Tuesday, June 26, 2012

JAZZ: Belajar, Memahami, Menikmati


Rumit. Susah dicerna. Kacau. Tidak harmoni.

Itulah kesan pertama saat saya mendengar music Jazz di TVRI pertengahan hingga akhir tahun 90-an. Kesan yang mungkin juga dirasakan banyak orang saat mendengar musik ini pertama kali. Sekerumun pemain musik dengan setelan jas resmi tampil membawakan musik yang tak masuk diakal, parahnya lagi biasanya tanpa penyanyi. Kekacauan bahkan bertambah saat mereka menghadirkan penyanyi.

Saya pun berkesimpulan bahwa orang-orang yang mengaku menyukai musik Jazz, hanyalah orang yang sok eksklusif, sok mengerti musik, dan sok memiliki selera musik tinggi. Padahal mereka sendiri tak mengerti musik itu. Dan memang musik Jazz itu tak bisa dimengerti, pemainnya hanya sekumpulan orang yang mungkin gila sehingga antara satu alat musik dengan yang lain tidak harmoni.


Anehnya kurun waktu 5 tahun terakhir saya begitu menikmati musik ini. Saya mesti berterimakasih kepada Kenny G yang mengenalkan Saxophone meskipun Kenny G sebenarnya juga tidak beraliran Jazz dan komposisi Bossas-nya Ermy Kulit yang secara tak sengaja sering saya dengarkan saat masih dibangku SD (koleksi kaset tape bapak). Dan tentunya juga kepada Nebula 101FM Palu, atas program Sunday Jazz-nya.

Apa dan Bagaimana
Nah, bagaimana sebenarnya musik Jazz itu. Dari sejarahnya, musik ini lahir di Amerika pada kurun waktu 1890 hingga 1910 masih belum jelas kapan waktu tepatnya musik Jazz lahir sebab tak ada catatan tertulis tentang musik ini saat itu. Musik Jazz awalnya dinyanyikan oleh masyarakat kulit hitam di Amerika. Meski diera tersebut perbudakan telah dihapuskan, namun perlakuan rasisme menyebabkan mereka sulit mendapat pekerjaan. Jazz akhirnya menjadi ekspresi penderitaan mereka dan sempat dianggap musik kelas rendah. Meski lahir dari komunitas kulit hitam, banyak orang beranggapan Jazz merupakan pertemuan antara musik Afrika dan Eropa.

Konon Jazz lahir saat Buddy Bolden, pemilik kedai cukur rambut di New Orleans meniup cornet-nya. Sebagian belum sepenuhnya yakin, namun terlepas dari benar tidaknya legenda sang pencukur rambut, kenyataanya Jazz telah lahir dan menyebar tanpa bisa dihentikan. Kota New Orleans hingga saat ini dipercaya sebagai tempat kelahiran musik Jazz, festival Jazz tertua pun berlangsung dikota ini. Periode 1920 hingga 1930 menjadi era perkembangan musik Jazz di Amerika. Puncaknya terjadi pada periode 1940-1950, dimana Jazz pecah dalam berbagai aliran, seperti Dixieland, Bebop, Cool Jazz, Hard Bop dan Free Jazz.

Terus bagaimana menikmati musik Jazz.

Jazz memang lebih rumit dibandingkan saudara kandungnya Blues yang lahir dari rahim dan sejarah yang sama. Salah seorang legenda Jazz, Louis Amstrong yang terkenal dengan lagunya What A Wonderful World berkata “Kalau kau menanyakannya, kau tak akan pernah tahu”.

Ella Fitzgerald juga punya cara unik menjelaskan definisi Jazz saat ditanya dalam acara Grammy Awards 1976. Tapi setidaknya Duke Ellington sudah mencoba menjelaskan dalam lirik lagunya tentang pentingnya Swing dalam Jazz.

Agak sulit memang menjelaskan bagaimana musik Jazz bisa dinikmati. Untuk itu subjektifitas tak dapat dihindari saat membahas kenikmatan musik ini. Menurut saya, ada dua tips untuk menikmati musik Jazz, yang pertama mendengarkan tiap detail musiknya, sebab baik vokalis, drummer, gitaris, pianis, dan saxophonis memiliki cara berkomunikasi sendiri. 


Jika anda mendengar satu komposisi, cobalah untuk mendengarkan bagaimana piano bermain, bagaimana saxophone masuk ‘nyundul’, dan bagaimana drum berkomunikasi dengan yang lain. Rasakan semangatnya, keunikannya, kenakalannya, humornya. Sebab dalam musik Jazz, bukan hanya vokalis yang mendominasi komunikasi, setiap alat musik punya kesempatan dan cara sendiri untuk berkomunikasi dengan pendengarnya.

Yang kedua, untuk menikmati musik ini setidaknya kita mesti tahu bagaimana ia lahir, dan pesan apa yang ingin ia sampaikan. Dari sejarahnya, musik ini lahir ditengah perjuangan masyarakat kulit hitam melawan rasisme di Amerika. Ekspresi spontan adalah prinsip dari musik ini. Banyak kejutan yang ia tampilkan, ekspresinya lahir begitu saja, tanpa keterpaksaan.

Spontanitas inilah yang memungkinkan improvisasi terus berlangsung dalam musik Jazz. Awalnya beberapa musisi konservatif Jazz membatasi musik ini hanya dalam beberapa aliran. Namun pada perkembangannya Jazz terus berdinamika sesuai ekspresi masa dan komunitas dimana ia tumbuh. Musisi Jazz terus melakukan eksperimen agar musik Jazz yang ia mainkan sesuai dengan kondisi budaya dan masyarakatnya.

Salah satu contoh spontanitas dalam Jazz adalah munculnya teknik vokal Scat kurun waktu 1910-1920 sebagai sarana seorang vokalis mendendangkan suasana hatinya. Kini eksperimen musik Jazz sudah merambah jauh hingga penyatuan dengan musik khas daerah atau negara tertentu.


Pesan lain dari musik ini adalah keragaman. Ia kadang begitu rumit, disesi tertentu bahkan tiap instrumennya berpencar berjalan sendiri-sendiri, dan pada satu titik bertemu kembali. Tidak berlebihan jika ada anggapan musik ini menanamkan nilai saling menghargai dalam perbedaan. 

Bebas, menjadi sifat lain dari musik ini. Bebas berkespresi, bebas dari pola-pola baku dalam bermusik, hingga bebas dari tendensi trend. Musik Jazz tidak tumbuh dalam atmosfir kompetisi. Jazz begitu fleksibel hingga ramah dengan genre musik lain. Ragam musik yang ada bahkan menjadi potensi bagi Jazz untuk berimprovisasi. Sebuah penjelas bagi lahirnya komposisi Jazz bercitarasa tradisional Bali gubahan Balawan dan Dewa Bujana. Jazz membuktikan dirinya bisa bertahan ditengah gencarnya komersialisasi pasar dan tidak terjebak dalam persaingan genre musik.

Alat Komunikasi
Jika kita memperhatikan penampilan (performance) dari musisi-musisi Jazz, kita akan melihat cara berkomunikasi yang unik. Musik Jazz bukanlah musik arogan yang mengambil jarak dengan penonton. Meski sebagian orang mengatakan Jazz adalah musik eksklusif, namun saat ditampilkan, musik ini justru ingin menyatu dengan pendengarnya. Sangat jarang performance Jazz disuguhkan di atas panggung tinggi dengan penonton yang berjubal di bawahnya.

Pada setiap penampilannya, Jazz ingin dekat dan berkomunikasi dengan pendengarnya. Dan memang cara terbaik untuk menikmati musik ini adalah terlibat langsung dalam komunikasinya. Inilah mungkin salah satu sebab kenapa performance Jazz lebih sering berada dalam ruangan, cafe-cafe atau bar-bar. Dibeberapa penampilan, posisi penonton bahkan berada lebih diatas dan pemain berada dibawah.

Cobalah sesekali melihat langsung pertunjukkan musik Jazz atau setidaknya melihat video pertunjukannya. Kita akan disuguhkan dengan keunikan berkomunikasi, kehangatan, bahkan mungkin kekeluargaan. Semua sangat harmonis, sangat indah, bahkan semangat itu tetap hadir meski lagu yang dibawakan bercerita tentang kesedihan.


Untuk anda yang baru mengenal musik Jazz dan ingin merasakan sensasinya, berikut ini tiga lagu yang membuat saya jatuh cinta pertamakali pada Jazz meski saat itu saya belum tahu jenis musik ini (masih SD). Tiga lagu ini adalah Kesan, Pasrah, dan Pesona. Ketiganya adalah lagu milik Ermy Kulit berirama Bossas. Semoga ketiga lagu tersebut masih akrab ditelinga pendengar yang baru mengenal Jazz.

Berikut ini beberapa sensasi dan ekspresi yang bisa saya tangkap saat mendengar komposisi Jazz.

Semangat Hidup, dan Humor
Sebagai contoh saya sarankan anda untuk melihat bagaimana video Frank Sinarta, seorang musisi Jazz besar membawakan lagu I got a kick out of you. Unik, dan sangat sederhana. Dikemudian hari lagu ini kembali dibawakan oleh Jamie Cullum generasi Jazz saat ini dengan sentuhan yang lebih ngebit namun memiliki semangat yang sama. Komposisi lawas Frank Sinatra lainnya adalah Fly Me To The Moon.

Adapula video unik What a Wonderful World milik dedengkot Jazz, Louis Amstrong. Ekspresi yang unik, hangat, dan terkesan jenaka mengiring lagu yang bercerita tentang indahnya kehidupan.
New York dan May Way versi ngebit juga menawarkan semangat hidup yang kuat. Dalam lagu New York setiap pemain musiknya terutama saxophone, dentingan piano, pukulan simbal drum hingga vokalisnya seakan menggambarkan bagaimana suasana gemerlap di kota New York.

Kenakalan musisi-musisi Jazz juga dapat didengarkan lewat komposisi Twenty Something milik Jemie Cullum. Bercerita tentang rasa frustrasi seorang sarjana sastra karena sulit mendapatkan pekerjaan. Pada komposisi ini kita bisa mendengar bagaimana saxophone, piano dan gitar saling memberi kesempatan untuk bermain nakal.

Canadian Sunset juga salah stu komposisi yang bagi saya ‘nyeleneh. Lirik lagu ini sebenarnya mellow namun dasar Jazz, semangat komposisinya jadi agak lucu dan riang. Mau dengar bagaimana Jazz membawakan lagu nina bobo pengantar tidur..? anda mesti mendengarkan komposisi Summer Time. Bagaimana dengan Girl From Ipanema. Bagi penggemar Jazz, lagu ini sudah tidak asing lagi. Semangatnya unik dengan sentuhan citarasa pantai Brazil.

 Teknik vokal Scat juga menjadi ikon semangat dan keceriaan dalam musik Jazz. Teknik ini menggunakan mulut sebagai instrumen melodi. Kemunculan Scat tidak terlepas dari ekspresi riang yang spontan dari sang vokalis. Musisi yang terkenal sering melakukan teknik ini adalah Ella Fitzgerald dalam lagu Mr. Paganini, di Indonesia kita mengenal Tompi dengan komposisi T-Scat-nya.

Komposisi Jazz tanah air yang memiliki semangat hidup yang kuat bisa kita temui dalam lagu Betawi milik Bhaskara yang pernah populer sebagai instrumen pembuka dan penutup program berita Selamat Pagi Indonesia di RCTI. Dilagu ini kita bisa mendengar bagaimana Saxophone dan Biola beradu. Diawali dengan biola disesi melodi pertama dialnjutkan dengan Saxophone disesi kedua, hasilnya dua-duanya punya kelebihan dan kekurangan.
Lagu ‘nyeleneh lain datang dari almarhum Utha Likumahua berjudul Aku Pasti Datang, ada pula Mangge lagu bahasa daerah Selawesi Tengah gubahan Zarro Ananta yang bercerita tentang usaha suami memenuhi keinginan istrinya yang lagi mengidam. Tompi bahkan meramu lagu Balonku Ada Lima menjadi komposisi aneh. Bagaimana dengan Dara milik Chaseiro, entahlah semua memiliki semangatnya masing-masing.

Ketenangan
Salah satu komposisi Jazz yang membuat saya tenang saat mendengarkannya adalah Seven Years dan Don’t Know Why milik Norah Jones. Norah jones memainkan musik Jazz dengan warnanya sendiri, musiknya sedikit terpengaruh oleh Country. Lain lagi ketika kita mendengar lagu Joanna Wang, seorang penyanyi berdarah Taiwan. Salah satu lagunya yang saya sukai adalah Times of Your Life dan Bada-bada. Anda juga bisa mendengar komposisi dari Sen Chu bertajuk If You Leave Me Now atau Close to You milik Carpenters.

Baca Juga: Bisik-mu

Romannsa dan Kesedihan
I Will Wait For You mungkin bisa masuk dalam ekspresi ini. Ada pula Roberta Flack dengan hits terkenalnya Killing Me Softly.  Namun dari sekian lagu Jazz, ada satu lagu yang bagi saya memiliki beragam sensasi yakni Jason Mraz dengan Bella Luna. Lagu ini bercitarasa Bossas layaknya ritme-ritme yang dimiliki Ermy Kulit. Sulit bagi saya menggambarkan sensasi dalam lagu ini. Saya bahkan hampir percaya terdapat mantra hidup dalam lirik dan ritmenya.

Dari tanah air ada Balawan dengan komposisinya Sesaat Kau Hadir yang menggabungkan musik Jazz dengan cita rasa musik tradisional Bali. Dan Semurni Kasih milik Dian Pra.

Baca Juga: Utuh, Sempurna

Pada akhirnya kita mesti bersepakat bahwa musik adalah bahasa universal. Jika kita sepakat bahwa musik lahir dari ekspresi seni dan keindahan, maka tak ada musik yang lebih tinggi derajatnya dibanding musik lain.



Semoga bermanfaat.
___
Ojan
Cipete, 26 Juni 2012.
Ilustrasi Gambar: www.jazzphoto.com (oleh Lonnie Timmons III)

Tulisan Terkait:
Utuh Sempurna 
Bisik-mu 
Where Jazz Find Home 

Blues*: dari ‘Setan Biru’ hingga Boogie Woogie
Reggae: The Beatles, Leonardo Dicaprio, hingga Akon
*** 

2 comments:

  1. Nagaya Blog Miu Lee......
    Perlu belajar Sama Komiu...

    ReplyDelete
  2. hahaha....

    template (design-nya) masih standar, bawaan blog memang...
    amo aga noisi tulisan kita, pasang jam, pasang kolom pencari (search), pasang penghitung pengunjung (visitor), pasang penerjemah bahasa beberapa negara (Translator).

    kuncina ma rapi ra peinta, ni dikaku latar putih spy ma gampa ra baca, blog-mu nabelo muni cuma lencana facebook ante jam ra aturu ukuran-na na mbaso gaga...

    ReplyDelete