Pertengahan bulan Juli lalu saya bertemu mahasiswi asal Jakarta saat berkunjung ke Yayasan Merah Putih. Namanya Mutiara, ia adalah anak seorang budayawan Mohamad Sobary. Mahasiswi Universitas Indonesia jurusan Filsafat ini membawa setumpuk buku sumbangan untuk Skola Lipu, sekolah alternatif komunitas adat Tau Taa Wana di pedalaman Morowali utara.
Diantara
buku-buku itu saya memilih buku komik biografi Plato, Isaac Newton, dan Galileo
Galilei untuk dipinjam sebelum sampai di tangan anak-anak Tau Taa Wana. Niat
membaca buku ini sebenarnya hanya untuk bernostalgia lagi. Merivew kembali
kenangan saat kuliah, dimana tokoh-tokoh filsuf dan ilmuan besar lainnya sering
menjadi inspirasi atau sekedar menjadi pelarian saat tagihan di kantin sudah
menumpuk.
Satu bulan
setelah pertemuan saya dengan Mutiara, isu Flat Earth (FE) menjadi viral di
media sosial dan sampai kepada saya. Pasti pekerjaan orang iseng, pikir saya.
Menemukan orang yang percaya bumi itu datar hari ini, bagi saya sama dengan
menemukan Mukjizat.