Wednesday, January 7, 2015

Jejak


"Kaktus di sini tumbuh liar?" tanya seorang teman dari Kalimantan saat berkunjung ke Palu tahun 2010 lalu. Saya jawab "Bukan cuma kaktus, kalau kau beruntung kau bisa ketemu Jerapah atau Citah, kalau malam mungkin ketemu Hyena."
Seorang teman asal Buol pernah berujar "Bukit di Tondo ini unik." Entah dari ukuran dan perbandingan apa yang ia gunakan, tapi menurut saya perbukitan ini memang indah. Disamping rerumputannya hijau dimusim hujan, perbukitan ini juga langsung menghadap ke teluk Palu.




Menurut cerita tahun 90an harga tanah di area ini sangat rendah. "Dulu tanah di sini tidak ada harga," ujar Man mahasiswa asal kelurahan Tondo. Saat ini pembangunan di area ini sedang gencar-gencarnya. Kios, kantor POLDA, PLTU, gudang, perumahan, hingga Villa. Sayangnya bukit "unik" ini mesti diratakan sebab bangunan katanya butuh tanah yang rata.


Saya kadang cemburu dengan kota kecil Riomaggiore di Italia atau Guanajuato di Meksiko. Jika tanah rata menjadi keharusan sebuah bangunan maka dunia tidak akan pernah tahu bagaimana indahnya kota-kota tersebut.

Namun Palu tetaplah Palu, kota kecil yang masih membangun. Bukankah tidak baik jika kita menghambat pembangunan sebuah kota. Apalagi kota kelahiran sendiri. Gambar bangunan dan lokasi di atas sudah tidak ada lagi saat ini. Jejaknya pun sulit ditemukan. Sebagian telah diratakan, sebagian dibongkar, sebagian lagi telah berdiri bangunan permanen.

Lokasi    : Sepanjang Jl. Soekarno-Hatta (Bukit Jabal Nur), Palu
Waktu    : 2005 (Foto 3 dan 4), 2007 (Foto 1), 2009 (Foto 2)
Kamera  : KODAK EASYSHARE C315 (Foto 1 dan 4), Sony DSC-H7 (Foto 2),
                 Fujifilm FinePix S5600 (Foto 3),

2 comments: