Hari Rabu 25 Maret teman-teman yang masih aktif di kampus dan berproses di Himpunan Mahasiswa Bahasa Inggris (HIMABRIS) FKIP Universitas Tadulako mengundang untuk kegiatan Latihan Kepemimpinan (LT3).
Malam itu salah satu diskusi seru adalah kritik Ideologi bersama peserta, panitia dan panelis. Ideologi yang mengemuka tidak lain dan tidak bukan adalah Komunisme dan Kapitalisme. Dua musuh bebuyutan yang tidak akan pernah bertemu ide. Seorang teman sepakat jika Komunisme dikatakan Ideologi karena mengatur secara detil dan runut segala hal dalam bermasyarakat, baginya itulah syarat ide bisa disebut Ideologi, sementara Kapitalisme hanya mengatur soal ekonomi saja.
Menjelang akhir diskusi, setelah banyak pemaparan dan eksplorasi sana-sini, akhirnya seperti ada kesepakatan bahwa Kapitalisme sebenarnya juga merasuk secara halus dan mengatur semua hal dalam bermasyarakat dan bernegara. Untuk itu ia bisa dikatakan ideologi yang mengatur segala sesuatu secara sangat halus bahkan tak terasa.
Menjelang akhir diskusi, setelah banyak pemaparan dan eksplorasi sana-sini, akhirnya seperti ada kesepakatan bahwa Kapitalisme sebenarnya juga merasuk secara halus dan mengatur semua hal dalam bermasyarakat dan bernegara. Untuk itu ia bisa dikatakan ideologi yang mengatur segala sesuatu secara sangat halus bahkan tak terasa.
Tema diskusi malam itu jauh dari settingan konteks COVID-19. Itu murni keinginan agar mereka yang lulus LT3 setidaknya bisa membaca Ideologi besar yang mengatur dunia dan dari situ mereka bisa sedikit memahami bagaimana dunia bekerja. Meskipun esok harinya Sulawesi Tengah mengumumkan kasus positif COVID-19 pertama.
Belum sampai seminggu diskusi itu berakhir, saya kemudian menonton video Rania Khalek seorang Jurnalis Amerika dalam tweet akun @inthenow pada 27 Maret. Video ini kemudian di tampilkan dalam akun Cerdas Geopolitik bersama subtitle bahasa Indonesia.
Belum sampai seminggu diskusi itu berakhir, saya kemudian menonton video Rania Khalek seorang Jurnalis Amerika dalam tweet akun @inthenow pada 27 Maret. Video ini kemudian di tampilkan dalam akun Cerdas Geopolitik bersama subtitle bahasa Indonesia.
Too bad we can’t bomb the virus. They’d spend however much was necessary if that was the fix.— In the NOW (@inthenow) March 26, 2020
with @RaniaKhalek pic.twitter.com/j1daas6s5P
Pada intinya Rania Khalek ingin mengatakan bahwa Amerika terjebak dalam sistem Kapitalisme dan neo liberalisme yang ia buat dan promosikan sendiri. Menurutnya kondisi Amerika yang tidak mampu menyediakan perlengkapan kesehatan bagi tenaga medis dalam perang menghadapi COVID-19 karena negara tidak memiliki wewenang mengatur pasar dan mengatur produksi.