Dua hari berselang puing pesawat ditemukan di laut Jawa bersama tubuh manusia. Semua penumpang termasuk 17 anak-anak dan 1 balita meninggal.
Tulisan iseng dari pria biasa yang suka ngopi, gemar berkhayal, sok pengamat dan sok sastrawan.
Friday, October 19, 2018
BENCANA PALU: JANGAN FITNAH TUHAN
RAMAI-RAMAI CUCI TANGAN SAAT BENCANA
Matahari saat itu sedang berada di titik klimaksnya ketika aktifitas warga kota Palu dikacaukan oleh gempa berkekuatan 6,5 skala richter. Pada kamis siang itu, 1 Desember 1927, penduduk yang bermukim di kota teluk ini berlarian keluar rumah. Aktifitas pasar dan dermaga kota kecil ini terhenti.
Akibat gempa, pasar dan kantor kecamatan Biromaru rusak total. Di Donggala kantor pemerintahan juga roboh. Tak berapa lama warga menjerit panik, mereka berlarian dari arah pantai. Terlambat, “Air berdiri” setinggi 15 meter meluluhlantakkan teluk Palu yang mungil.
Rumah penduduk di pesisir hancur diterjang tsunami, 14 orang meninggal dan 50 orang terluka. Bagi kota kecil dengan penduduk yang belum terlalu padat, jumlah 14 itu sudah bisa membuat orang-orang tercengang. Sesar Palu Koro memperlihatkan wujud bengisnya.
PETAKA
Telunjuk durjana, sibuk tunjuk menunjuk
Kakak kikik celoteh, melengking memekak
Benci dendam, jemu menunggu karam
Kraakk
Bumi bergoyang
Retak
Tanah terbelah, menganga
Rumah remuk, terkulum lumpur
Laut berdiri, menerjang, mengamuk
Manusia koyak, busuk menjadi bubur
Hening
...
...
Telunjuk durjana, sibuk tunjuk menunjuk
Kakak kikik celoteh, melengking memekak
Kembali
Benci dendam, jemu menunggu karam
____
Palu, 19 Oktober 2018
Gambar ilustrasi dari sini
Subscribe to:
Posts (Atom)